Produsen Mainan Sunindo Masuk Bursa, Harga Sahamnya Melejit 24%
Sunindo Adipersada Tbk hari ini, Kamis (6/8) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham. Sunindo dan menjadi emiten baru ke-34 tahun ini.
Pada perdagangan perdananya di bursa, saham perusahaan mainan anak-anak berkode emiten TOYS ini langsung kelebihan permintaan atau oversubscribe. Harga sahamnya melambung ke batas auto reject atas (ARA) tak lama setelah sesi perdagangan dibuka, naik 24,57% ke Rp 436 per saham.
Adapun Sunindo IPO dengan melepas 425 juta saham baru atau setara 29,62% modal yang dikeluarkan dan disetorkan perusahaan, dengan harga penawaran Rp 350 per saham. Dengan begitu, Sunindo meraih dana segar sebesar Rp 148,75 miliar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengkategorikan emiten berkode saham TOYS ini sebagai saham syariah dan dilepas ke publik sebanyak 425 juta lembar saham yang mewakili 29,62% modal yang dikeluarkan dan disetor perseroan setelah penawaran umum perdana.
Direktur Utama Sunindo Adipersada Tbk, Iwan Tirtha, menyatakan seluruh dana hasil IPO akan digunakan untuk modal kerja karena tiap tahun perusahaan selalu mengalami lonjakan pesanan. “Diantaranya untuk pembelian bahan baku, biaya produksi dan biaya operasional perseroan” ujarnya di Jakarta, Kamis (6/8).
Selain mencatatkan sahamnya, perseroan juga menerbitkan waran seri I sebanyak 170 juta lembar atau sebesar 16,83% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Waran Seri I ini diberikan secara cuma-cuma kepada para pemegang saham baru dengan perbandingan 100 saham baru mendapatkan 40 Waran Seri I.
Direktur Investment Banking NH Korindo, Amir Suhendro Samirin mengatakan, Sunindo mendapatkan izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 24 Juli 2020, selama masa penawaran umum pada tanggal 27 Juli 2020 hingga tanggal 29 Juli 2020 mendapat respon yang cukup bagus dari pasar.
“Saham dapat terserap dengan baik walaupun ditengah masa pandemi covid 19. Kami juga bangga karena saham perseroan dimasukkan dalam kategori saham syariah oleh OJK,” katanya.
15 Perusahaan Masih Antre IPO dalam Pipeline
BEI menyebutkan, per 4 Agustus 2020 terdapat 15 perusahaan yang berencana melantai di pasar modal. Perusahaan tersebut bergerak di beberapa sektor usaha, yakni empat perusahaan dari sektor perdagangan, jasa, dan investasi; empat perusahaan dari sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan.
Kemudian tiga perusahaan dari sektor konsumer, dan empat perusahaan lainnya bergerak di sektor pertanian, sektor aneka industri, infrastruktur & transportasi, serta keuangan.
"Selain itu, terdapat 26 penerbit yang akan menerbitkan 31 emisi obligasi atau sukuk yang berada dalam pipeline di BEI," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Gede Nyoman Yetna Setya.
Adapun total perusahaan yang sudah melaksanakan IPO di BEI sejak awal tahun hingga 20 Juli 2020 mencapai 33 perusahaan. Total dana yang dihimpun dari perusahaan-perusahaan tersebut mencapai Rp 4,23 triliun.
Dari seluruh perusahaan tersebut, hanya ada satu perusahaan yang menghimpun dana jumbo di atas Rp 1 triliun, yaitu Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE). Perusahaan itu melantai di pasar modal pada 13 Maret 2020 dengan dana hasil IPO senilai Rp 1,03 triliun.