Hingga Maret 2021, Nilai Penerbitan Saham Baru Emiten Naik 77,5%
Pandemi Covid-19 belum berakhir, namun geliat emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggalang pendanaan melalui penerbitan saham baru semakin masif. BEI optimistis penambahan modal emiten melalui penawaran umum terbatas pada 2021 lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan salah satu faktor pendorongnya adalah kondisi ekonomi yang mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. "Tentu saja akan berdampak pada kegiatan perusahaan yang membutuhkan pendanaan," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (9/3).
BEI mencatat saat ini ada 17 perusahaan yang akan melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue). Kemudian ada tujuh emiten yang akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek (private placement).
Emiten yang berencana rights issue dan private placement tersebut sudah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) hingga 8 Maret 2021.
Hingga pekan pertama Maret 2021 terdapat tiga perusahaan tercatat yang telah melakukan rights issue dengan total dana yang diraup Rp 1,83 triliun. Kemuadian 4 perusahaan tercatat yang melakukan private placement dengan total raupan dana mencapai Rp 3,43 triliun.
"Sehingga total fund raised melalui penerbitan right issue dan private placement pada awal Maret 2021 adalah sebesar Rp 5,26 triliun atau meningkat sebesar 77,54%," kata Nyoman.
Secara total, emiten yang mencari pendanaan melalui penerbitan ekuitas maupun mengeluarkan efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) hingga Maret 2021, mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Jumlah penerbitan ekuitas mengalami peningkatan 21,41% menjadi sebesar Rp 8,03 Triliun pada Maret 2021. Demikian juga jumlah fund raised dari penerbitan EBUS mengalami peningkatan 22,32% menjadi Rp 239,85 Triliun.
Berdasarkan kondisi ekonomi yang membaik dan kebutuhan pendanaan emiten, BEI berharap fund raised melalui penerbitan ekuitas maupun EBUS, bisa menjadi alternatif pendanaan dari kegiatan usaha emiten Bursa tahun ini.
Head of Investment information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM menilai aksi korporasi berupa penerbitan saham baru, bisa mewarnai perdagangan pasar saham. Catatannya, bulan ini sudah ada lima emiten yang siap melakukan penambahan modal.
"Akan menjadi peluang bagi investor, momentum-momentum ini bisa dimanfaatkan memperoleh profit," katanya dalam sesi diskusi, Kamis (4/3)
Berbagai aksi korporasi yang terjadi di sepanjang bulan ini, bisa menjadi salah satu alasan transaksi di pasar saham bakal meningkat. Roger memprediksi rata-rata nilai transaksi saham di bursa pada bulan ini bisa mencapai Rp 15 triliun per hari.
"Kami melihat, walaupun indeks bergerak terbatas, untuk emiten-emiten terkait, saya pikir masih ada peluang untuk memperoleh profit," ujarnya.
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan aksi korporasi tersebut bisa berefek positif untuk emiten. Kinerja fundamental emiten akan terdongkrak, karena punya modal melakukan ekspansi. Tambahan modal juga bisa menyehatkan neraca keuangan emiten.
Meski begitu, rencana aksi korporasi ini juga memiliki risiko, apalagi di tengah volatilitas pasar saham. Risiko tersebut berupa mutasi virus membuat penanganan pandemi Covid-19 menjadi semakin kompleks dan jika pelaksanaan program vaksinasi terkendala.
Kendala lainnya yang bisa mempengaruhi pelaksanaan aksi korporasi ini yaitu bayang-bayang perlambatan pertumbuhan ekonomi. berbagai sentimen negatif tersebut bisa mempengaruhi perlambatan kinerja emiten.
"Sehingga permintaannya bisa turun dan emiten lebih cenderung menerapkan efisiensi bisnis dibandingkan ekspansi," kata Nafan kepada Katadata.co.id.