IHSG Sulit Tembus Level 6.000, Bagaimana Peluang usai Idulfitri?
Perdagangan pasar saham pada pekan ini hanya dibuka selama dua hari karena libur Idulfitri 1442 Hijriah. Pada awal pekan, Senin (10/4), indeks harga saham gabungan (IHSG) naik hingga 0,8% menyentuh level 5.975. Namun, hari berikutnya ditutup turun 0,63% menyentuh 5.938.
Rata-rata nilai transaksi harian bursa naik sebesar 3,27% menjadi Rp 9,306 triliun dari Rp 9,011 triliun pada pekan sebelumnya. Sedangkan rata-rata frekuensi harian Bursa mengalami penurunan 1% menjadi 969.406 kali transaksi dibandingkan pada pekan lalu sebanyak 979.224 kali transaksi.
Rata-rata volume transaksi turun hingga 10,29% menjadi 13,528 miliar saham dari 15,080 miliar saham pada penutupan pekan lalu. Kapitalisasi pasar selama periode 10 – 11 Mei 2021 mengalami kenaikan 0,15% menjadi Rp 7.028,641 triliun dari Rp 7.017,990 triliun pada penutupan pekan lalu.
Meski secara kumulatif IHSG bergerak menguat, indeks pasar saham tampak kesulitan untuk menembus level 6.000. Tercatat, terakhir indeks ada di level tersebut pada penutupan perdagangan 29 April 2021 di 6.012. Artinya, sejak awal Mei 2021, IHSG berada di level 5.000.
Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, IHSG sulit kembali ke level 6.000 karena belum ada katalis positif yang signifikan mempengaruhi indeks pada triwulan I-2021. Apalagi sejauh ini pertumbuhan pendapatan, baik tahunan maupun kuartalan, masih menunjukkan pertumbuhan negatif.
“Sementara itu, GDP (Gross Domestic Product) kuartal 1 juga tidak membaik, terutama household spending (pengeluaran rumah tangga) yang masih tumbuh minus growth,” kata Janson kepada Katadata.co.id, Selasa (11/5).
Menurutnya, setelah perdagangan pasar saham kembali dibuka usai libur Idulfitri 1442 H, IHSG masih mencoba level resistance 6.150 hingga 6.200. Pasalnya, dalam tiga sampai empat hari terakhir sebenarnya ada tekanan beli walau tidak masif.
“Ada tekanan beli sebenanrnya, khususnya di sektor sektor sawit dan mining metal,” kata Janson.
Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan, pada pekan-pekan menjelang Idulfitri, biasanya rata-rata transaksi menurun. Salah satu faktornya karena banyak investor yang akhirnya memutuskan untuk mengambil liburan.
Sejalan dengan itu, menjelang Idulfitri, biasanya IHSG memang cenderung mengalami kenaikan, namun mengalami penurunan setelah perdagangan kembali dibuka. "Tidak ada fundamental alasan mengapa IHSG mengalami tekanan," kata Wafi dalam sesi podcast Market Movers persembahan Katadata.co.id dan KBR.
Dia mengatakan, secara psikologis, kenaikan indeks di tengah sepinya transaksi, membuat investor mengambil untung usai liburan. "Begitu mau trading lagi (usai Idulfitri), portofolio naik sehingga mengamankan keuntungan sehingga IHSG turun," kata Wafi.