Geliat IPO Semester I, Siapa Emiten Baru Pencetak Untung Terbesar?
Sepanjang semester 1 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan 23 perusahaan baru yang menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO). Jumlah tersebut lebih sedikit dibanding periode sama tahun lalu, yakni 28 perusahaan.
Kendati demikian, nilai IPO pada enam bulan pertama tahun ini tercatat mencapai Rp 7,14 triliun, atau melonjak hampir separuhnya dari nilai penawaran pada semester 1 2020 yang hanya Rp 4,01 triliun. Bahkan, nilai penawaran umum semester 1 2021 sudah melampaui total nilai IPO sepanjang 2020 yang senilai Rp 5,97 triliun.
Berdasarkan data bursa yang diolah Katadata.co.id, nilai penawaran umum paling besar berasal dari IPO PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Perusahaan milik Peter Sondakh tersebut IPO pada 28 Juni 2021 dengan melepas 3,72 miliar unit saham di harga penawaran Rp 750 per saham. Artinya, nilai penawarannya mencapai Rp 2,79 triliun.
Di posisi berikutnya, ada IPO PT FAP Agri Tbk (FAPA) yang nilai penawaran umumnya mencapai Rp 1 triliun. Emiten yang masuk dalam subsektor makanan ini IPO pada 4 Januari 2021 dengan menawarkan 544,41 juta unit saham di harga Rp 1.840 per saham.
Di antara saham-saham yang baru menapakkan kaki di bursa saham, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) menjadi perusahaan dengan kenaikan harga saham paling tinggi. Sejak IPO pada 6 Januari 2021 di harga Rp 420 per saham, harga saham DCII mampu naik hingga 13.947% menjadi Rp 59.000 per saham pada 30 Juni 2021.
Saham IPO lain yang harganya menguat signifikan adalah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK). Saat IPO pada 1 februari 2021, harga penawaran sahamnya Rp 103 per saham. Namun, pada perdagangan 20 Juni 2021, ditutup di Rp 3.210 yang artinya harganya meningkat hingga 3.016% sejak IPO.
Harga saham PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) juga tercatat menguat signifikan. Harga penawaran saham ini Rp 101 pada saat IPO pada 1 Februari 2021. Saat ini harganya ditutup Rp 1.190 per saham yang artinya menguat hingga 1.078% sejak IPO.
5 Top Gainers IPO 2021 | ||||||
No | Nama Perusahaan | Kode | IPO | Harga Penawaran | Harga 30 Juni 2021 | Perubahan |
1 | PT DCI Indonesia Tbk | DCII | 6-Jan | Rp 420 | Rp 59,000 | 13947.62% |
2 | PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk | BANK | 1-Feb | Rp 103 | Rp 3,210 | 3016.50% |
3 | PT Damai Sejahtera Abadi Tbk | UFOE | 1-Feb | Rp 101 | Rp 1,190 | 1078.22% |
4 | PT Sunter Lakeside Hotel Tbk | SNLK | 29-Mar | Rp 150 | Rp 1,350 | 800.00% |
5 | PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk | DGNS | 15-Jan | Rp 200 | Rp 1,260 | 530.00% |
Meski secara umum harga saham perusahaan anyar ini menguat, ada beberapa saham yang harganya malah turun sejak IPO pada 2021 ini.
Penurunan harga saham PT Fimperkasa Utama Tbk menjadi yang terbesar. Harga penawaran saham ini senilai Rp 125 per saham pada saat IPO 9 April 2021. Kini, harganya Rp 53 per saham yang artinya sudah turun hingga 57,6% sejak IPO.
Saham lainnya yang harganya turun adalah PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (LUCY). Perusahaan menawarkan harga saat IPO senilai Rp 100 per saham. Namun, saat ini harganya hanya Rp 44 per saham yang artinya ada penurunan 56% sejak IPO pada 5 Mei 2021.
Harga saham PT Imago Mulia Persada Tbk (LFLO) juga mengalami penurunan signifikan sejak IPO pada 7 April 2021 di harga penawaran Rp 100 per saham. Kini, harga saham LFLO senilai Rp 86 per saha yang artinya sudah mengalami penurunan sebesar 14%.
5 Top Losers IPO 2021 | ||||||
No | Nama Perusahaan | Kode | IPO | Harga Penawaran | Harga 30 Juni 2021 | Perubahan |
5 | PT Fimperkasa Utama Tbk | FIMP | 9-Apr | Rp 125 | Rp 53 | -57.60% |
4 | PT Lima Dua Lima Tiga Tbk | LUCY | 5-May | Rp 100 | Rp 44 | -56.00% |
3 | PT Imago Mulia Persada Tbk | LFLO | 7-Apr | Rp 100 | Rp 86 | -14.00% |
2 | PT Widodo Makmur Unggas Tbk | WMUU | 2-Feb | Rp 180 | Rp 157 | -12.78% |
1 | PT Panca Anugrah Wisesa Tbk | MGLV | 8-Jun | Rp 135 | Rp 124 | -8.15% |
BEI menargetkan sebanyak 66 perusahaan baru bisa melakukan pencatatan di bursa melalui berbagai instrumen pendanaan pasar modal, baik pencatatan perdana saham, obligasi, dan lainnya. Hingga 25 Juni 2021, total sudah ada 24 perusahaan baru yang mencatatkan diri di Bursa.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI Gede Nyoman Yetna Setya sudah mengantongi 30 emiten yang berencana melantai di Bursa melalui berbagai instrumen. Jika digabungkan dengan realisasi, maka sudah ada 54 emiten.
Artinya, 82% target kami yang direncanakan sampai akhir tahun. Tentunya ada periode windows yang masih ada setengah tahun lagi untuk dapat kami kejar ketertinggalan 18%," kata Nyoman.