BEI Pasang Target Moderat Pencatatan 68 Efek pada 2022
Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target pencatatan efek pada 2022 sebanyak 68 efek. Target tersebut relatif moderat dibanding realisasi pencatatan efek tahun ini yang sebanyak 66 perusahaan.
Pencatatan itu terdiri dari, penerbitan saham perdana dan obligasi korporasi baru. Selain itu, pencatatan efek lainnya yang meliputi, exchange traded fund (ETF), dana investasi real estate (DIRE), dan efek beragun aset (EBA).
Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan pihaknya melakukan berbagai rangkaian kegiatan untuk perusahaan tercatat dan calon perusahaan tercatat, sebagai upaya untuk mencapai target pencatatan efek baru tersebut.
"Meliputi peningkatan kapasitas infrastruktur di area pencatatan perusahaan, serta melakukan sosialisasi, one-on-one meeting, dan workshop yang saat ini telah rutin dilakukan secara virtual melalui media daring," katanya melalui siaran pers, Rabu (27/10).
Sebagai perusahaan, BEI memproyeksi total pendapatan usaha Rp 1,55 triliun pada 2022, atau naik 11,4% dari target yang dicanangkan 2021 senilai Rp 1,39 triliun. Sementara itu, biaya usaha BEI diproyeksikan Rp 1,16 triliun atau naik 11,85% dari Rp 1,03 triliun.
Laba sebelum pajak ditargetkan menjadi Rp 496,64 miliar. Setelah dikurangi, estimasi beban pajak menjadi Rp 107,07 miliar. "Maka perolehan laba bersih BEI adalah sebesar Rp 389,56 miliar pada 2022," kata Yulianto Aji.
Total aset BEI diproyeksikan sebesar Rp 4,24 triliun atau naik 10,29% dari Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2021 senilai Rp 3,84 triliun.
Yulianto Aji mengatakan, dengan mempertimbangkan arah pengembangan bursa pada 2022 dan asumsi perkembangan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, BEI mengasumsikan rata-rata nilai transaksi harian pada 2022 mencapai Rp 13,5 triliun. Asumsi itu ditetapkan dengan total jumlah hari bursa sebanyak 250 hari.
Berdasarkan data statistik bursa per 27 Oktober 2021, rata-rata nilai transaksi harian sejak awal tahun ini mencapai Rp 13,51 triliun. Artinya, ttarget bursa tahun depan tidak jauh berbeda dari realisasi rata-rata nilai transaksi harian sejauh tahun berjalan.
Yulianto Aji mengatakan, BEI selaku salah satu regulator pasar modal, fokus pada tema pengembangan yang telah ditetapkan tahun depan. Tema tersebut yaitu, memperluas produk dan partisipan, serta meningkatkan layanan ekuitas non tunai.
Kegiatan 2022 akan difokuskan pada perluasan produk dan layanan BEI untuk memenuhi kebutuhan pelaku di sektor jasa keuangan. Meliputi penambahan indeks acuan baru dan pengayaan produk data informasi kebursaan. Lalu, peningkatan pada Sistem Penyelenggara Pasar Alternatif (SPPA) untuk mendukung pengembangan perdagangan efek non-ekuitas.
Bursa juga akan melakukan peningkatan taksonomi dan sistem XBRL, pengembangan produk derivatif dan waran terstruktur. Peningkatan sistem e-IPO untuk mendukung proses penawaran umum. Lalu, pengembangan papan pemantauan khusus sebagai bentuk perlindungan investor.
BEI juga mendukung pengembangan serta kepatuhan anggota bursa secara berkesinambungan. Hal ini diwujudkan melalui kegiatan pelatihan, sosialisasi, pertemuan rutin, dukungan jasa informasi, serta dukungan teknis dalam pengembangan sistem dan layanan kebursaan.
Kemudian, BEI juga terus menekankan komitmennya dalam melakukan pengembangan pasar sebagai upaya meningkatkan partisipasi investasi masyarakat di Pasar Modal Indonesia, sekaligus mengedepankan upaya perlindungan investor.
"Hal ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat atau calon investor serta investor secara efektif dan berkesinambungan," kata Yulianto Aji.
Selanjutnya, BEI juga memperhatikan tren perkembangan teknologi terkini sebagai upaya dalam meningkatkan layanan kebursaan yang optimal kepada seluruh pemangku kepentingan.