Harga GOTO - BUKA Anjlok 5 Hari Beruntun, Apa Masih Layak Dikoleksi?
Sepekan terakhir, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di teritori negatif. Pelemahan terdalam terjadi pada awal pekan ini, Senin (13/5) di mana IHSG terkoreksi 4,42% ke level 6.909,75.
Pada penutupan perdagangan Jumat (13/5), indeks acuan bursa saham Tanah Air kembali terkoreksi sebesar 0,03% ke level 6.597,99. Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 18,70 triliun dengan frekuensi sebanyak 1,41 juta kali dengan volume 22,65 miliar saham. Sebanyak 302 saham terpantau menguat, 234 saham melemah dan 149 saham bergerak stagnan.
Pelemahan ini juga turut berimbas pada saham-saham teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar besar (big capitalization) di BEI seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang ambles hampir menyentuh batas auto reject bawah (ARB) lima hari beruntun.
Pada Jumat ini, harga saham GOTO ditutup melemah 6,73% ke level Rp 194 per saham. Pelemahan itu turut menggerus nilai kapitalisasi pasarnya menjadi tinggal Rp 229,77 triliun.
Senada, pelemahan juga terjadi di saham emiten e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dalam sepekan ini. Hari ini, saham BUKA dilanda tekanan jual investor asing senilai Rp 285,4 miliar. Alhasil, saham Bukalapak melemah 6,21% ke level Rp 272 per saham. Nilai kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 28,03 triliun.
Analis PT Kanaka Hita Solvera, William Wibowo menuturkan, saat ini kedua saham emiten teknologi di BEI, GOTO dan BUKA masih menunjukkan tren pelemahan. Hal ini disebabkan dari sisi fundamental GOTO masih membukukan kerugian.
Sedangkan, Bukalapak memang berhasil membukukan pendapatan yang positif namun mengingat tekanan jual yang besar di pasar serta kekhawatiran saham Bukalapak akan bernasib sama seperti GoTo menyebabkan harga sahamnya sulit untuk kembali berbalik menguat (rebound).
Sentimen negatif lainnya, kata William untuk kedua emiten ini adalah katalis negatif dari kenaikan tingkat suku bunga the Fed yang membawa saham-saham teknologi di Amerika Serikat berguguran.
Sebagai perbandingan, saham-saham emiten teknologi di Bursa Wall Street, seperti Netflix, ambrol hingga 72%. Facebook juga jatuh 43,9%. Tesla terpuruk dengan pelemahan paling berat di tahun ini sebesar 30,5%. Sementara itu, emiten teknologi lainnya mencatatkan rekor pelemahan terberat sejak 14 tahun terakhir, yakni Amazon yang terjerembab 36,8%. Saham Microsoft juga anjlok 22,5. Sedangkan, saham Apple dan Google masing-masing ambrol 21,6% dan 17,5%.
"Sehingga memberikan dampak negatif bagi psikologis investor di Indonesia di saham teknologi," terangnya, Jumat (13/5).
William memprediksi, level batas bawah Bukalapak akan menembus Rp 258 per saham. Sedangkan, untuk GoTo, level batas bawah selanjutnya diperkirakan akan mencapai Rp 174 dan Rp 150 per saham.
Kanaka Hita juga merekomendasikan agar investor mengurangi posisi pembelian saham di GOTO mengingat tren penurunan (downtrend) masih belum selesai. "Sedangkan untuk BUKA secara teknikal ada baiknya untuk wait and see sambil memperhatikan pergerakan harga apakah akan tertahan dan rebound di level support," bebernya.
Selain itu, William juga menyarankan bagi investor yang ingin masuk ke saham Bukalapak dan GoTo bisa menunggu penurunan harga yang semakin terbastas dan indikasi adanya trend reversal. "Barulah para investor bisa mulai mencicil entry di kedua emiten ini," tandasnya.