Wall Street Melemah Usai Rilis Lonjakan Data Tenaga Kerja AS

Indeks saham utama di bursa Wall Street, Amerika Serikat berakhir lebih rendah pada perdagangan akhir pekan kemarin setelah rilis data pekerjaan yang mengejutkan.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan data tenaga kerja di AS meningkat tajam pada Januari, dengan non-farm payrolls atau data penggajian di sektor non pertanian, melonjak sebesar 517.000 pekerjaan, lebih dari yang diperkiraan 185.000. Tingkat pengangguran mencapai level terendah lebih di 3,4%.
Pertumbuhan data tenaga kerja yang meningkat tajam memicu kekhawatiran tentang tindakan agresif Federal Reserve, sementara investor mencerna berbagai laporan pendapatan perusahaan berkapitalisasi pasar besar. Di sisi lain, aktivitas industri jasa AS terpantau pulih dengan kuat di Januari.
Jumat pekan kemarin (3/2), indeks Dow Jones Industrial Average turun 127,93 poin atau 0,38% menjadi 33.926,01. S&P 500 kehilangan 43,28 poin atau 1,04% menjadi 4.136,48 dan Nasdaq Composite turun 193,86 poin atau 1,59% menjadi 12.006,96.
Dikutip dari Associated Press, investor telah menyeimbangkan tanda-tanda harapan ekonomi dapat menghindari resesi yang ditakuti terhadap kekhawatiran tentang berapa lama Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Kepala strategi pasar global di Invesco Kristina Hooper menilai, laporan data pekerjaan merupakan kejutan yang luar biasa dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang apa yang akan dilakukan The Fed selanjutnya.
"Apa yang menurut saya menyebabkan beberapa volatilitas adalah pasar mencoba memahami bagaimana Fed akan memandang hal ini," ujar dia, Senin (3/2).
Indeks utama Wall Street memiliki awal yang solid untuk tahun ini karena teknologi dan saham lain yang berjuang tahun lalu rebound, didorong oleh harapan kenaikan suku bunga Fed akan segera berakhir dan ekonomi mungkin dapat menavigasi pendaratan yang lunak.
"Begitu banyak hal diperdagangkan dengan harga murah tiga, empat bulan lalu," kata Eric Kuby, kepala investasi di North Star Investment Management Corp.
"Itu sudah berlalu, saya pikir kita berada dalam permainan yang adil sekarang."
Pada hari Jumat, investor juga mencerna sejumlah besar hasil perusahaan. Saham Apple, perusahaan AS terbesar berdasarkan nilai pasar, naik 2,4% Perusahaan memperkirakan pendapatan akan turun untuk kuartal kedua berturut-turut, tetapi penjualan iPhone kemungkinan akan meningkat karena produksi telah kembali normal di China.
Saham Amazon merosot 8,4% karena perusahaan mengatakan laba operasi bisa turun menjadi nol pada kuartal saat ini karena penghematan dari PHK tidak menutupi dampak keuangan dari konsumen dan pelanggan cloud yang menekan pengeluaran.
Saham Alphabet turun 2,7% setelah induk Google membukukan laba kuartal keempat dan penjualan di bawah ekspektasi Wall Street. Dalam berita perusahaan lainnya, saham Ford Motor turun 7,6% setelah pembuat mobil memprediksi tahun depan yang penuh tantangan.