OJK: Pertamina Hulu Energi Tunda IPO, Incar Dana Hingga Rp 9 Triliun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan Pertamina Hulu Energi (PHE) menunda rencana aksi korporasi penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). OJK menyebut target dana yang dihimpun melalui sekitar Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, di tahun ini, perusahaan BUMN baru Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang resmi IPO dan sedang dalam proses penawaran awal (book building). Inarno mengatakan, penundaan IPO PHE karena ada dokumen atau hal teknis yang perlu diperbaiki.
Dirinya menyebut, PHE perlu mengganti laporan keuangan Juni 2022 menjadi laporan keuangan dengan buku Desember 2022 untuk IPO. "Pupuk Kaltim belum masuk dalam pipeline karena belum didaftarkan," kata Inarno, dalam konferensi pers, Senin (6/2).
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) memang berencana membawa dua anak usahanya menjadi perusahaan publik. Keduanya ialah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang dijadwalkan akan IPO pada semester pertama tahun ini.
Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan penawaran saham perdana ke publik akan dilakukan secara berturut-turut. Dimulai dari IPO PGE pada Februari ini. "Pertama adalah PGE, insya Allah kalau tidak ada halangan bulan depan, kemudian nanti akan dilanjutkan dengan PHE," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Selasa (31/1).
Selain untuk menjaring pendanaan publik, IPO dinilai penting untuk mewujudkan transparansi perusahaan. Meski termin IPO telah ditetapkan, Nicke belum bersedia menjelaskan rincian aset atau besaran saham perusahaan yang akan dilepas ke umum.
"Karena belum disetujui oleh para pemegang saham, maka ada baiknya kami sampaikan nanti setelah dapat persetujuan pemegang saham," ucap Nicke.
Selain mendorong IPO di grup Pertamina, Kementerian BUMN juga menyasar IPO pada perusahaan perkebunan Palm Co yang merupakan sub-holding di bidang sawit dari holding perkebunan BUMN PT Perkebunan Nusantara III.
Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut hasil pendanaan dari IPO akan digunakan untuk mendorong investasi peningkatan produksi dan memaksimalkan nilai perusahaan.
Adapun perkembangan IPO Palm Co masih dalam tahap persiapan. "IPO Palm Co untuk hiliriasai sawit dan pengembangan dari bio solar seperti pome dan fame dan melakukan penanaman ulang bagi perkebunan sawit yang berada di PTPN," kata Pahala.