BEI Pertimbangkan IPO BUMN Lepas Saham Dibawah 10%
Bursa Efek Indonesia (BEI) akan melakukan peninjauan pada ketentuan batas minimal persentase saham yang dilepas ke publik saat initial public offering (IPO) bagi perusahaan dengan ekuitas jumbo seperti BUMN.
Respons ini disampaikan setelah Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury mengusulkan kepada BEI untuk mendiskusikan kembali peraturan jumlah saham beredar di publik (free float) minimal 10% untuk emiten BUMN dengan ekuitas jumbo.
Mengacu peraturan otoritas bursa Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat yang diterbitkan 21 Desember 2021 pada persyaratan pencatatan di papan utama poin III.3.7.3 menyebutkan, perusahaan memiliki nilai ekuitas sebelum penawaran umum lebih dari Rp 2 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, BEI mendukung pengembangan usaha yang dilakukan oleh perusahaan melalui pasar modal, terutama melalui bursa. BEI juga memberi dukungan pada setiap rencana dari BUMN untuk memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu alternatif pendanaan.
“Bentuk dukungan yang diberikan sama bagi semua calon perusahaan tercatat, termasuk pemenuhan ketentuan Bursa, ketentuan perundangan bidang pasar modal, dan perundangan lain yang terkait,” kata Nyoman kepada media, Selasa (28/2).
Selanjutnya Nyoman mengatakan, berdasarkan peraturan bursa, tidak terdapat ketentuan yang mengatur mengenai nilai minimum dari penawaran umum. Namun terdapat persyaratan jumlah saham free float setelah penawaran umum yang harus dipenuhi oleh calon perusahaan tercatat.
“Dalam hal terdapat permintaan dari stakeholders bursa terkait dg pemenuhan ketentuan di atas, tentu bursa akan melakukan review yang mendalam mengenai latar belakang, penjelasan yang proven dan the best effort yang telah dilakukan secara accountable,” kata Nyoman.
Diberitakan sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pihaknya mendorong perusahaan kelapa sawit milik BUMN yaitu Palm Co untuk melantai di BEI.
Di mana sebelumnya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) telah resmi melantai di BEI, akhir pekan lalu. Erick menyampaikan dalam roadmap atau peta jalan Palm Co akan memiliki total lahan 600.000 hektar dan menjadi terbesar di dunia.
Selain itu, pasar Palm Co nantinya tidak hanya bagus secara pasar tetapi memiliki keberpihakan kepada pemberdayaan petani.
Sebagaimana diketahui, Kementerian BUMN saat ini juga sedang menyiapkan sejumlah perusahaan untuk melantai di BEI. Perusahaan tersebut antara lain Pertamina Hulu Energi (PHE), Palm Co, dan PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim).