Laba Melesat, Saham Tambang Grup Bakrie Kembali Bangkit
Saham emiten pertambangan Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kompak menguat pada perdagangan Selasa ini (11/4).
Harga saham BUMI misalnya, terpantau naik 0,81% ke level Rp 124 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 46,42 triliun. Selama setahun terakhir, saham Bumi Resources sudah naik 108%.
Sementara itu, saham Bumi Resources Minerals naik 2,48% ke level Rp 165 dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 23,39 triliun. Sejak awal tahun, saham BRMS naik tipis 3,77%.
Sebagaimana diketahui, kedua emiten tersebut sama-sama membukukan pertumbuhan pendapatan maupun dari sisi laba sepanjang tahun 2022 di tengah melonjaknya harga komoditas dan meningkatnya volume penjualan.
BUMI tercatat mengantongi laba bersih senilai US$ 525,27 juta atau setara Rp 7,93 triliun hingga kuartal IV 2022 dengan asumsi kurs Rp 15.097. Laba perusahaan melaju pesat 212,62% dibandingkan dengan periode yang sama 2021 yaitu US$ 168,01 juta.
Sementara pendapatan BUMI meningkat 81,51% menjadi US$ 1,83 miliar setara Rp 27,62 triliun hingga akhir 2022. Dibandingkan dengan periode kuartal IV 2021, pendapatan perusahaan senilai US$ 1 miliar.
Rinciannya, dari ekspor batu bara perseroan meraup pendapatan US$ 1,01 miliar setara Rp 15,3 triliun. Ekspor batu bara melejit 110,83% dari sebelumnya yaitu US$ 480,97 juta. Dari penjualan lokal, BUMI meraih pendapatan US$ 804,37 juta atau Rp 12,14 triliun dari sebelumnya US$ 526,66 juta.
Sementara dari emas, perusahaan mendapatkan US$ 10,14 juta atau Rp 153,15 miliar hingga kuartal IV 2022 naik 27,15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 7,97 juta. Lalu, dari pendapatan dari jasa sebesar US$ 1,5 juta dari sebelum US$ 2,6 juta.
Raihan penjualan perusahaan dikontribusi dari pihak berelasi seperti Rwood Resources DMCC yaitu US$ 628,8 juta setara Rp 9,49 triliun juga naik 160,04% sampai kuartal IV 2022. Pada periode yang sama tahun sebelum, perolehan penjualan dari Rwood Resources DMCC tercatat US$ 241,8 juta.
Perolehan pendapatan juga dikontribusi dari PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN sebesar US$ 342,23 juta setara Rp 5,16 triliun hingga akhir 2022. Dari pihak PT PLN, perolehan pendapatan naik 45,52% dari tahun sebelumnya yaitu US$ 235,17 juta.
Selain Rwood Resources DMCC dan PLN, perusahaan turut mendapatkan pendapatan dari PT Jhonlin Group sebesar US$ 311,86 juta, setara Rp 5,7 triliun. Pendapatan dari Jhonlin meningkat 51,35% dibandingkan sebelumnya yaitu US$ 206,04 juta.
Kinerja kinclong ini menyebabkan nilai aset BUMI naik 6,25% menjadi senilai US$ 4,48 miliar hingga akhir 2022 dari Desember 2021 yaitu US$ 4,22 miliar.
Sementara liabilitas perseroan yaitu US$ 1,66 miliar sepanjang 2022, merosot 53,33% dari Desember 2021 yaitu US$ 3,57 miliar. Sementara, total ekuitas BUMI US$ 2,81 miliar, meningkat 336% hingga akhir Desember 2022. Dibandingkan dengan Desember 2021 yaitu US$ 646,44 juta.
Adapun, Bumi Resources Minerals mencatakan pertumbuhan pendapatan 10% menjadi US$ 11,64 juta yang ditopang peningkatan penjualan emas kepada PT Bhumi Satu Inti sebesar 39,2% menjadi US$ 10,1 juta. Tapi pendapatan jasa pertambangan turun 42,3% menjadi US$ 1,5 juta.
Sementara beban pokok pendapatan membengkak 16,09% menjadi US$ 5,07 juta. Pemicunya biaya bahan baku naik 33,8% menjadi US$ 2,25 juta. Adapun di tahun 2022, BMRS juga meraih bagian atas laba bersih investasi pada ventura bersama senilai US$ 11,796 juta. Di tahun 2021 pos ini nihil.
Namun, dari sisi laba bersih BRMS mengalami penurunan sebesar 80% menjadi senilai US$ 13,6 juta pada tahun 2022 atau anjlok sekitar 80% dibanding tahun 2021 yang sebesar US$ 69,7 juta.