Mei hingga Juni, Pelaku Pasar Diimbau Beralih dari Saham ke Obligasi

Lona Olavia
14 April 2023, 07:17
Mei hingga Juni, Pelaku Pasar Diimbau Beralih dari Saham ke Obligasi
Dokumentasi perseroan
(Kiri-Kanan) Rully Arya Wisnubroto-Senior Economist, Nita Amalia-Head of Fixed Income, Ivonne Kaharu-Head of Corporate Secretary, Robertus YH-Head of Research, Roger MM-Head of Research Centre dalam Media Day: April 2023 by Mirae Asset, Kamis (13/4).\\

Di pasar modal akan terjadi volatilitas yang cenderung mengarah ke pelemahan harga saham. Hal itu dipengaruhi faktor gross domestic product (GDP) Amerika Serikat (AS) yang dinilai akan di luar ekspektasi. Untuk itu, pelaku pasar sejenak bisa mengatur portofolio investasinya.

“Untuk strateginya, Mei-Juni pelaku pasar bisa lari sebentar dari pasar saham ke obligasi,” kata Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Yanuar Hardy dalam Media Day: April 2023 by Mirae Asset, dikutip Jumat (14/4).

Namun secara jangka panjangnya, seiring tahapan Pemilu maka optimisme pelaku pasar akan kembali. Arus dana ke pasar saham juga akan kembali kencang. Memang jika dilihat secara historikal, pelaksanaan Pemilu memberi imbas positif bagi pasar modal. Apalagi katalis di dalam negeri juga masih positif.

Short term ada volatilitas tapi dekat Pemilu konsumsi domestik yang baik akan menopang pasar saham. Tapi memang setelah Lebaran sentimennya lebih ke negative surprise dari AS, yang buat saham tidak bagus,” kata Robertus.

Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan bahwa persepsi risiko pasar akan membaik pada semester II 2023. Untuk saat ini, kebijakan moneter masih fokus kepada stabilitas, sampai dengan adanya kepastian mengenai arah suku bunga di AS.  

Di antara beberapa jenis obligasi, untuk saat ini Rully menilai bahwa obligasi tenor menengah panjang akan cenderung lebih aman. Apalagi potensi fluktuasi pasar masih cukup tinggi mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi.  

“Karena itu, guna menghindari risiko gejolak pasar pada obligasi tenor pendek, kami menyarankan berinvestasi pada tenor menengah panjang, atau artinya di atas 3 tahun,” ucapnya.

Rully memprediksi tahun ini akan menjadi tahunnya investasi obligasi mengingat berakhirnya siklus pengetatan moneter di dalam negeri. Sementara itu di luar negeri, khususnya AS, siklus pengetatan moneter kemungkinan akan berakhir pada semester I 2023.

“Kondisi fundamental makroekonomi dan perbankan yang masih kuat, serta tingkat imbal hasil yang kompetitif mendorong daya tarik pasar obligasi di Indonesia,” kata ia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...