Gelontorkan Triliunan, Emiten Menara Kebut Ekspansi di Semester Kedua
Emiten menara di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap gencar melakukan ekspansi anorganik di semester kedua tahun 2023 dengan mengalokasikan dana jumbo. Ekspansi tersebut mayoritas untuk menambah menara baru dan peluang bisnis yang terkait menara seperti fiber optik.
Perusahaan menara milik Grup Djarum misalnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), pada tahun ini, berencana melakukan ekspansi penambahan menara baru dan bisnis fiber optik dengan menggelontorkan dana Rp 6 triliun. Di semester pertama, perusahaan meraih laba Rp 1,56 triliu dengan pendapatan Rp 5,78 triliun.
Selanjutnya, korporasi menara milik Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructre Tbk (TBIG) juga akan mengucurkkan belanja modal setidaknya Rp 3 triliun untuk ekspansi menara baru dan fiber optik. TBIG tetap melakuakan ekspansi meski mencatatkan laba bersih di semester pertama.
Sementara itu, emiten menara BUMN, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk )MTEL) berencana menambah setidaknya 1.500 menara baru. Sekitar 1.000 menara di antaranya sudah terealisasi pada semester pertama 2023. Per Juni 2023, jumlah menara Mitratel telah mencapai 36.719, melampaui menara milik TOWR 29.792 menara, dan TBIG sebanyak 21.991 menara.
Namun, menurut Analis Yuanta Research Chandra Pasaribu, ruang ekspansi anorganik bagi Mitratel sudah semakin menyempit karena tower yang dimiliki oleh mobile network operator (MNO) sudah semakin sedikit.
Oleh karena itu, Mitratel mulai masuk ke bisnis fiber pada akhir 2021 dan saat ini telah memiliki 27.269 kilometer (KM) fiber optic. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan TOWR yang memiliki di atas 95 ribu KM fiber optic dan TBIG yang memiliki 32 ribu KM.
"Mitratel telah mengalokasikan sekitar Rp1,5 triliun untuk pembangunan fiber optic pada tahun ini," tulis laporan riset Yuanta, Senin (14/8). Bila menggunakan harga rata-rata di Rp 85 juta per KM, maka panjang fiber optic yang bisa dibangun lebih dari 17 ribu KM.
Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia menyatakan salah satu penggerak pertumbuhan portofolio terbaru MTEL yang patut mendapat perhatian adalah pengembangan jaringan fiber.
Yuanta Sekuritas dan NH Korindo Sekuritas kompak memberikan rekomendasi beli untuk saham MTEL dengan target harga Rp 860. Target harga tersebut setara dengan potensi kenaikan 21,98%. Valuasi itu mengacu kepada rata-rata EV/EBITDA yang di bawah standar sejak IPO.
“Hal lain yang mendukung adalah pertumbuhan penyewa dan ekspansi masa depan dalam bisnis terkait menara seperti FTTT (fiber to the tower) dan PTTT (power to the tower), serta infrastruktur 5G,” tulis NH Korindo.
Pada perdagangan hari ini, harga saham TOWR berakhir di zona hijau ke level Rp 985 setiap unitnya. Sedangkan, saham MTEL naik 2,13% ke posisi Rp 720 setiap saham. Adapun, saham TBIG sore ini ditutup naik tipis 1,1% ke level Rp 2000 setiap unit.