Bursa Wall Street Turun, Saham Apple dan Produsen Cip Jadi Pemberatnya
Dua indeks saham di Amerika Serikat, S&P 500 dan Nasdaq melemah pada perdagangan Kamis waktu setempat terbebani penurunan saham teknologi seperti Apple dan perusahaan produsen cip.
Indeks S&P 500 terkoreksi 0,32% ke level 4.451 dan indeks Nasdaq jatuh 0,89% ke level 13.748 poin. Hanya indeks Dow Jones yang naik 0,17% ke posisi 34.500.
Saham Apple anjlok 2,9% di tengah kekhawatiran mengenai pembatasan iPhone di Tiongkok. Sementara penurunan klaim pengangguran mingguan AS menambah kekhawatiran mengenai suku bunga dan inflasi yang tinggi.
Dikutip dari Reuters, Apple melaporkan bahwa Tiongkok berencana memperluas larangan iPhone ke perusahaan dan lembaga negara.
Hambatan dari Apple, pemasoknya, dan perusahaan-perusahaan yang memiliki eksposur besar ke Tiongkok mendorong sektor teknologi S&P 500 turun 1,6%, menjadikannya sektor dengan persentase penurunan terbesar di antara 11 sektor utama yang dijadikan acuan.
Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun menjadi 216.000 untuk pekan yang berakhir pada tanggal 2 September, yang merupakan level terendah sejak Februari. Namun investor khawatir hal ini akan membantu mendorong Federal Reserve untuk melanjutkan kebijakan moneter ketat, sehingga menekan bursa saham.
"Klaim mingguan adalah berita besar pagi ini, kabar baik ditafsirkan sebagai berita buruk dan sulit untuk mengabaikan berita dari Tiongkok," kata Direktur Pelaksana dan Kepala Perdagangan Ekuitas di Wedbush Securities, Sahak Manuelian, Jumat (8/9).
Investor juga dengan hati-hati mengantisipasi angka inflasi bulan Agustus, yang akan jatuh tempo seminggu lagi. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan tajam harga minyak baru-baru ini. Manuelian menunjukkan adanya kekhawatiran di kalangan investor bahwa inflasi mungkin akan mulai meningkat lagi.
Sedangkan, menurut FedWatch Tool dari CME Group proyeksi The Fed untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan September mencapai 93%, namun peluang untuk jeda lagi dalam pertemuan bulan November jauh lebih rendah yaitu sebesar 53,5%.
Terkait kebijakan suku bunga, Presiden Fed New York John Williams sebelumnya mengatakan masih ada pertanyaan terbuka apakah kebijakan moneter cukup ketat untuk membawa perekonomian kembali ke keseimbangan.
“Kita punya kebijakan yang bagus, tapi kita harus terus bergantung pada data,” katanya, merujuk pada rilis data mendatang yang akan dirilis sebelum pertemuan The Fed di bulan September.