Wall Street Kompak Anjlok, Pelemahan Saham Teknologi Berlanjut

Nur Hana Putri Nabila
4 Januari 2024, 06:16
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street kompak merosot pada penutupan perdagangan Rabu (3/1) setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengeluarkan risalah. Pasar mengantisipasi kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter pada 2024.

Nasdaq turun untuk sesi kedua berturut-turut sejak awal tahun ini. Penurunan tersebut menandai performa harian terlemah dalam tiga bulan terakhir dengan merosot sebesar 1,18% dan menutup perdagangan pada 14.592,21. 

S&P 500 juga tergelincir sebesar 0,80% dan berakhir di 4.704,81. Sementara Dow Jones Industrial Average turun 284,85 poin atau 0,76%, berakhir di 37.430,19.

Nasdaq mengalami penurunan terbesarnya sejak Oktober yang dipengaruhi oleh saham-saham teknologi, terutama saham Apple yang anjlok hampir 4%. Hal itu terjadi usai Barclays menurunkan peringkat perusahaan pembuat iPhone tersebut sehingga saham Apple juga merosot sebanyak 0,8% pada Rabu (3/1).

Tak hanya itu, saham-saham teknologi seperti Nvidia, Tesla, dan Meta semuanya kompak menurun. Penurunan ini sebagian disebabkan oleh kenaikan imbal hasil Treasury AS bertenor 10-tahun yang sementara waktu melampaui tingkat kunci 4%. Imbal hasil terbaru berada sekitar 3,91%.

 Investor tampaknya sedang menjual saham-saham teknologi yang telah naik pesat sepanjang tahun lalu. Saham-saham ini melonjak karena pasar mengantisipasi kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter pada 2024. Namun, dengan ketidakpastian kapan Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga, investor cenderung membatasi kegembiraan mereka. 

Manajer Portofolio Senior Neuberger Berman, Steve Eisman, mengatakan situasi pasar masih sangat optimis dalam jangka panjang. Eisman menganggap bahwa koreksi jangka pendek merupakan sesuatu yang biasa terjadi di pasar, terutama setelah mencapai level tertinggi dan memasuki musim yang menjadi puncaknya.

 “Dalam jangka panjang, prospek tetap positif dalam rentang waktu enam hingga dua belas bulan ke depan,” kata Eisman dikutip CNBC Kamis (4/1).

Risalah Rapat The Fed

Rata-rata saham utama juga berada di bawah tekanan setelah risalah rapat terbaru The Fed dirilis pada Rabu sore (3/1) waktu setempat. Hal itu menunjukkan bahwa bank sentral masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

Dalam notulen tersebut, pejabat The Fed umumnya menekankan pentingnya pendekatan secara hati-hati dalam membuat keputusan kebijakan moneter. Tak hanya itu, mereka menegaskan pentingnya bergantung pada data sebelum mengambil keputusan.

Notulen itu juga menyatakan mempertahankan kebijakan moneter yang restriktif masih dianggap tepat dalam jangka waktu tertentu, sampai terlihat adanya penurunan inflasi secara konsisten menuju target yang telah ditetapkan oleh komite.

 Para pejabat telah mengindikasikan perkiraan akan ada pemangkasan sebesar tiga perempat poin persentase pada tahun ini. Namun, masih terdapat ketidakpastian mengenai waktu yang tepat untuk melakukan pemangkasan tersebut.

 Selain itu, pasar telah mengalami tahun yang luar biasa setelah melewati tahun 2022 yang penuh tantangan. Semua indeks utama berhasil pulih dengan luar biasa. S&P 500 naik lebih dari 24%, mengakhiri rentetan kemenangan mingguan terpanjangnya sejak 2004, sementara Nasdaq melonjak 43% dan mencatat tahun terbaiknya sejak 2020.

 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...