IHSG Pekan Ini Dipengaruhi Inflasi AS, Ini Rekomendasi Sahamnya
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) mengatakan para trader dan investor saham harus mencermati data inflasi Amerika Serikat (AS) yang diprediksi turun ke level 3% yang akan memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini.
Inflasi AS yang lebih rendah berarti memperkuat kemungkinan bagi Bank Sentral AS (The Fed) untuk tidak menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate). Ini sinyal positif bagi investor asing untuk tetap masuk ke aset-aset yang berisiko termasuk di pasar saham negara berkembang.
IPOT merekomendasikan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), dan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) untuk ditransaksikan pada pekan ini.
Community Lead IPOT Angga Septianus menyebutkan, pekan lalu investor asing terlihat melakukan aksi beli yang masif. Investor asing masuk sangat deras ke IHSG, terutama saham-saham perbankan dengan nilai pembelian bersih (net buy) mencapai Rp 2,7 triliun dalam seminggu. Hal ini seiring terjadinya January Effect di tengah sentimen penurunan suku bunga global yang akan terjadi di tahun ini.
"Ada potensi aksi beli investor asing akan berlanjut," ujar Angga Septianus, pada Senin (8/1).
Angga merekomendasikan beli saham BRIS dengan titik support di Rp 1.850 dan resistance di Rp 2.050. Support adalah area terendah yang tidak dapat ditembus pergerakan harga yang menurun. Sementara itu, resistance adalah titik tertinggi yang tidak bisa ditembus pergerakan harga yang naik.
Selanjutnya, ia merekomendasikan beli saham ACES dengan support di Rp 730 dan resistance Rp 800. Lalu, Angga merekomendasikan buy on breakout saham IMAS dengan support di Rp 1.650 dan resistance Rp 1.820.
Akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah 0,12% ke level 7.350. Menurutnya, pergerakan IHSG pada minggu lalu terpengaruh empat sentimen yakni Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia, inflasi, tarif bea masuk impor batu bara Cina, dan aksi beli investor asing.
Angga menyebut PMI Indonesia naik menjadi 52,2 pada Desember 2023. Angka ini naik tipis dibandingkan dengan capaian November 2023 yang berada pada level 51,7.
“PMI Indonesia masih berada dalam fase ekspansif selama 28 bulan terakhir. S&P Global menjelaskan peningkatan ini disebabkan oleh pertumbuhan produksi dan peningkatan jumlah tenaga kerja," katanya.
Selanjutnya, inflasi Indonesia tercatat sebesar 2,61% yoy dan 0,41 mom dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,56. Tingkat inflasi Desember 2023 lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu. Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar di Desember 2023 secara tahunan adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan adil inflasi sebesar 1,60%.
Kebijakan Cina yang menerapkan bea impor batu bara dari Rusia, Mongolia, Afrika Selatan, dan AS per 1 Januari 2024 diperkirakan tidak akan berpengaruh terhadap Indonesia karena adanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA).
ACFTA tersebut berlaku sejak 2015. Selain itu, batu bara Indonesia pada porsi total impor Cina juga mengalami peningkatan. Kualitas batu bara Rusia umumnya adalah batu bara berkalori tinggi. Hal ini berbeda dengan batu bara dari Indonesia yang umumnya merupakan batu bara dengan kalori menengah dan rendah.