Simak Pesona Saham Bank Pasca Lapkeu 2023 hingga Jadi Incaran Asing
Gerak saham-saham perbankan di bulan Februari ini dan beberapa bulan ke depan di tahun 2024 dinilai akan makin lincah. Apalagi baru-baru ini Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis prospek perekonomian Indonesia 2024 akan lebih baik.
Keyakinan tersebut mematahkan pernyataan lembaga pemeringkat kredit Moody's yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi global lesu, tingginya risiko peminjam gagal membayar pinjaman, dan tekanan pada profitabilitas membuat bank menghadapi prospek negatif pada 2024.
Alhasil saham-saham perbankan dinilai akan menjadi pesona para investor, termasuk investor asing. Hal itu nampak dari riset sekuritas yang menunjukkan adanya kenaikan target harga saham bank di tahun ini. Revisi target itu didukung kinerja laporan keuangan (lapkeu) 2023 yang mengalami kenaikan di sisi laba bersih, bahkan hingga dua digit.
Misalnya saja, Head of Equity Research Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mempertahankan peringkat beli di BBCA dengan target harga lebih tinggi sebesar Rp 11.220 dari awalnya Rp 10.030 per lembar. Itu berdasarkan price to book value proyeksi tahun 2025 atau P/BV FY25E 4,4 kali. Dengan asumsi fundamental bank yang sehat tetap terjaga.
Meski begitu ada risiko negatif yang menghantui seperti ketidakpastian politik yang mempengaruhi likuiditas perbankan dan permintaan kredit. Serta perlambatan pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi rasio kualitas aset seperti loan at risk (LAR) dan rasio kredit bermasalah.
“Kami menyukai BBCA karena konsistensinya yang telah terbukti dalam memenuhi ekspektasi finansial, serta sifat defensif saham terhadap meningkatnya volatilitas makro ekonomi,” kata Satria dalam risetnya dikutip Jumat (2/2).
Senada, pada saham Bank Mandiri, Satria juga mempertahankan peringkat beli pada BMRI dan menaikkan targetnya menjadi Rp 7.940 per lembar. Target harga yang lebih tinggi didasarkan pada P/BV FY25E 2,4 kali yang tidak berubah seiring dengan kemajuan penilaian, yaitu 2,0 kali standar deviasi dari rata-rata 5 tahunnya.
“Kami melihat sebuah kemungkinan bahwa valuasi premium BMRI dapat meningkat lebih jauh. Jika kejutan positif terus terjadi, profitabilitas terus berlanjut, didukung oleh pertumbuhan pinjaman yang lebih kuat dan bahkan lebih rendahbiaya kredit,” ujar Satria.
Hasil keuangan BMRI impresif, bahkan sejak Desember, harga saham BMRI telah melonjak 13,7%, kinerja terbaik di antara saham-saham perbankan besar. “Target harga kami yang baru dan lebih tinggi sebesar Rp 7.940 secara signifikan lebih optimis dibandingkan konsensus. Seiring dengan perkiraan kami bahwa pertumbuhan dan kualitas pinjaman korporasi BMRI akan terus berlanjut di tahun Pemilu ini,” ujar Satria.
Sementara untuk BBRI, ia mempertahankan peringkat beli dan juga target harga yang lebih tinggi Rp 6.770. Berdasarkan P/B 2,5x yang tidak berubah 1,1 kali standar deviasi dari rata-rata 5 tahunnya, dengan asumsi arus asing ke ekuitas Indonesia tetap terjaga.
Adapun untuk semester satu 2024, top picks Bahana Sekuritas masih pada BBCA dengan target harga Rp 11.220 per lembar, dengan review berkala untuk kuartal dua 2024. Lalu pada BMRI dengan target Rp 7.940 per lembar.
Berikut laba beberapa bank di tahun 2023 dibandingkan dengan akhir tahun 2022:
Emiten | Laba 2023 | Laba 2022 | Tumbuh |
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) | Rp 48,6 triliun | Rp 39,2 triliun | 19% |
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) | Rp 21,1 triliun | Rp 18,5 triliun | 14% |
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) | Rp 60,4 triliun | Rp 51,4 triliun | 18% |
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) | Rp 55,1 triliun | Rp 36,5 triliun | 34% |
PT Bank Syariah indonesia Tbk (BRIS) | Rp 5,7 triliun | Rp 4,3 triliun | 34% |
PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) | Rp 4,1 triliun | Rp 3,3 triliun | 24% |
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) | Rp 1,5 triliun | Rp 1,5 triliun | minus 5% |
Sumber: Sinarmas Sekuritas
Arus Dana Asing
Pada perdagangan Kamis (1/2) kemarin, empat bank kakap mencatatkan arus masuk dana asing harian sebesar Rp 767 miliar secara kumulatif. BBCA meraih lebih dari Rp 500 miliar dan BMRI menjadi satu-satunya yang mencatat arus dana keluar asing. Berikut rinciannya:
- BBCA: Rp 544 miliar
- BBRI: Rp 131 miliar
- BBNI: Rp 104 miliar
- BMRI: minus Rp 12 miliar
Ini merupakan arus masuk dana asing berturut-turut yang dicatatkan bank besar selain BMRI. Detail sebagai berikut BBCA empat hari terakhir, BBNI empat hari terakhir, dan BBRI dua hari terakhir.
Meski mencatatkan arus dana asing keluar pada kemarin, BMRI sebelumnya mencatatkan arus dana masuk dalam tiga hari berturut-turut.
Sejalan dengan itu, saham empat besar ditutup mixed pada Kamis (1/2).Di mana BBCA naik 1,6% dan BBRI juga naik 0,9%. Sedangkan BBNI minus 0,43%, dan BMRI minus 1,5%.
“Inflow ini dapat menjadi indikasi meningkatnya minat investor asing ke negara berkembang, menyusul pernyataan The Fed yang memberikan sinyal bahwa suku bunga sudah berada di puncak. Inflow ini juga terjadi seiring yield obligasi AS dengan tenor lebih dari dua tahun terus turun pasca pertemuan The Fed,” kata Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja dalam risetnya, Jumat (2/2).