Wall Street Lanjutkan Penurunan, Investor Tunggu Data Inflasi AS
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) wall street melemah pada perdagangan Kamis (31/5). Penurunan dipicu sikap para investor yang menantikan rilis data inflasi AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 330,06 poin, atau 0,86%, menjadi 38.111,48. S&P 500 juga terkoreksi 0,6% menjadi 5.235,48 hingga Nasdaq Composite merosot 1,08% ditutup di level 16.737,08.
Pada perdagangan tersebut saham Salesforce turun drastis 19,7% setelah melaporkan pendapatan kuartal pertama tidak mencapai ekspektasi dan memberikan prospek yang lemah. Bahkan hal ini menjadi hari terburuk Salesforce sejak 2004.
Selain itu, saham Nvidia juga turun lebih dari 3%, mencatat sesi negatif pertama setelah laporan pendapatan yang sangat baik minggu lalu. Microsoft terkoreksi lebih dari 3%, hingga menjadikannya hari terburuk sejak Oktober.
Adapun penurunan besar ini mempengaruhi indeks-indeks utama karena perusahaan tersebut memiliki bobot yang signifikan di pasar. Meskipun S&P 500 secara keseluruhan turun, lebih dari 360 saham di indeks tersebut sebenarnya mencatat kenaikan.
Di sisi lain, Russell 2000, yang terdiri dari saham-saham berkapitalisasi kecil, justru naik 1%. Penurunan ini terjadi di tengah minggu perdagangan yang sulit dan dipersingkat karena liburan.
S&P 500 telah turun sekitar 1,3%, sementara Nasdaq Composite merosot 1,1%, menghentikan kemenangan beruntun selama lima minggu. Dow juga turun lebih dari 2% hingga mencatatkan kerugian dua minggu kedua berturut.
Wakil Presiden Eksekutif di Coastal Wealth, Jason Heller mengatakan bahwa saat ini pasar bergerak maju satu langkah dan mundur satu langkah. "Setelah mencapai harga tertinggi sepanjang masa baru-baru ini, para pedagang mulai mengurangi risiko," kata Heller dikutip CNBC, Jumat (31/5).
Kenaikan imbal hasil Treasury 10 tahun telah merusak sentimen investor minggu ini. Tingginya imbal hasil tersebut menjadi kabar buruk bagi investor saham. Meskipun imbal hasil turun kembali di bawah 4,6% pada hari Kamis dan tetap berada di atas 4,5%, hal itu dianggap merepotkan bagi saham.
Terlepas dari minggu yang penuh gejolak, indeks-indeks tersebut diperkirakan akan mengakhiri bulan perdagangan dengan kenaikan. Nasdaq Composite dan S&P 500 telah melonjak masing-masing hampir 7% dan 4% di bulan Mei. Dow juga naik 0,8% bulan ini. Ketiga indeks tersebut mencapai rekor tertinggi pada bulan Mei.
Kepala Investasi di Bellwether Wealth, Clark Bellin mengatakan para investor harus bersiap untuk gejolak pasar yang berkelanjutan karena masih ada banyak pertanyaan mengenai kesehatan belanja konsumen dan tingkat suku bunga. Ia menyebut pergerakan pasar baru-baru ini seperti gelombang yang datang sebelum akhirnya surut kembali.
Bellin mengatakan bahwa masih ada beberapa kegembiraan yang positif di pasar, sebagian besar didorong oleh investasi momentum. “Namun, investasi momentum akan berhasil hingga tidak berhasil,” ucapnya.
Sementara itu para trader menantikan rilis laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk bulan April pada hari Jumat, yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve. Menurut estimasi Dow Jones, inflasi diperkirakan akan mencapai 2,7% untuk bulan April, masih di atas target 2% yang ditetapkan oleh bank sentral.