IHSG Diproyeksi Melesat ke 8.000, Ini Respons Bos BEI
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi bakal terus melesat sampai ke posisi 8.000. Menanggapi adanya proyeksi tersebut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan bahwa IHSG bukanlah target utama BEI.
Menurutnya, IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor dan hanya merupakan cerminan dari kondisi pasar. Ia menegaskan fokus BEI adalah pada kenaikan transaksi di bursa. Dengan demikian BEI lebih menekankan pada volume transaksi dapat meningkat sebagai indikator keberhasilan di BEI.
“Iya kami terus terang, kan saya bilang, IHSG kan memang bukan target bursa karena itu kan berbagai macam faktor di situ,” kata Iman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (6/9).
Bagi bursa, Iman menyebut IHSG dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi global, ekonomi, geopolitik, dan persepsi investor terhadap Indonesia.
Ia menyebut banyak variabel yang memengaruhi indeks tersebut. Adapun saat ini, meskipun IHSG mencapai rekor tertinggi, terutama dalam beberapa minggu terakhir, hal ini mencerminkan persepsi positif investor, terutama dari investor asing terhadap Indonesia.
Target IHSG 8.000 Akhir Tahun
Sebelumnya Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG bisa menjadi 7.800 sampai dengan 8.000 pada akhir tahun 2024. Jika dibandingkan sebelumnya, Mandiri Sekuritas menargetkan IHSG sebesar 7.460 sampai dengan 7.640.
Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, penguatan IHSG seiring dengan rencana dan usai memperhitungkan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed dan Bank Indonesia yang lebih agresif.
Kuatnya imbal hasil lebih lanjut akan menjadikan IHSG sebagaikelas aset yang menarik saat ini dengan pendapatan 8% dan imbal hasil dividen 5%. Dengan membaiknya cakupan pasar dan revisi laba yang positif baik pada saham-saham berkapitalisasi besar maupun menengah, IHSG masih tetap menarik.
Terutama mengingat menguatnya nilai tukar rupiah pada kuartal ini. Di antara proksi yang sensitif terhadap tingkat suku bunga, posisi tetap ringan di sektor konsumer primer seperti retail, otomotif, dan teknologi.
"Kami memproyeksikan IHSG bisa mencapai 7.800-8.000 pada akhir tahun 2024," kata Adrian dalam keterangan resminya, Selasa (3/9).
Senada, PT BRI Danareksa Sekuritas menyebut IHSG bisa menembus level sekitar 8.000 pada akhir tahun ini. Namun, ada kondisi yang menjadi syarat peluang IHSG meningkat.
Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas, Laksono Widodo, menyatakan hal itu bisa terjadi jika suku bunga di Amerika Serikat (AS) turun serta stabilnya nilai tukar rupiah yang saat ini sudah kembali di bawah Rp 16 ribu per dolar. Indeks juga akan mendapatkan dorongan jika pasar merespons positif kabinet baru Prabowo-Gibran.
"Kira-kira sih prediksi akhir tahun di kepala delapan, ya,” kata Laksono kepada wartawan di Gedung BRI, Jakarta, Rabu (14/8) lalu.
Sedangkan menurut Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal FEB Universitas Indonesia, Budi Frensidy, IHSG memiliki peluang besar untuk terus melesat di atas 7.500. Hal itu jika nilai rupiah tetap di bawah Rp 15.500 dan The Fed menurunkan suku bunga bulan depan.
“Saya pikir akan menuju 7.800 di akhir 2024,” kata Budi kepada Katadata.co.id, Selasa (20/8).