JPMorgan Turunkan Peringkat BBRI ke Netral, Target Harga Rp 5.500

Ringkasan
- Proyek lumbung pangan atau food estate, yang telah dimulai sejak era Orde Baru, dinilai gagal oleh pengamat walau telah dicanangkan di berbagai lokasi, terutama di Pulau Kalimantan, karena tidak memenuhi empat pilar akademis: kelayakan tanah dan agroklimat, teknologi, infrastruktur, serta sosial dan ekonomi.
- Food Estate Kalimantan Tengah, yang mengalami kerusakan besar akibat kebakaran hutan dan lahan pada 2015, sempat dihidupkan kembali oleh Kementerian Pertanian pada November 2020 dengan komoditas pilihan awal singkong yang kemudian diganti menjadi jagung karena masalah pertumbuhan.
- Gagalnya proyek food estate tidak hanya terjadi di Kalimantan Tengah, tetapi juga di berbagai lokasi lain seperti Merauke, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat, meskipun telah melibatkan berbagai investor dan dana yang signifikan, menunjukkan kesulitan dalam mengimplementasikan konsep food estate di Indonesia.

JPMorgan telah menurunkan peringkat PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dari overweight menjadi netral pada Rabu (25/9). Penyesuaian ini disertai dengan target harga baru yang ditetapkan sebesar Rp 5.500.
“Keputusan penurunan target harga ini dipengaruhi oleh saham yang telah mencapai target harga sebelumnya dan tidak adanya katalis positif yang diantisipasi oleh para analis,” dikutip Investing.com, Jumat (27/9).
JPMorgan juga menyarankan investor untuk mengevaluasi kembali posisi mereka dan mempertimbangkan untuk mengambil keuntungan dari saham BBRI. Hal ini disebabkan oleh tantangan jangka pendek yang diantisipasi dalam hasil kuartal ketiga dan laporan keuangan mendatang.
Analis JPMorgan menyoroti kekhawatiran terkait buku pinjaman bank, khususnya pada portofolio Kupedes 2023, yang diperkirakan akan tetap mengalami selisih tinggi. Selain itu, proyeksi biaya kredit bruto BRI untuk tahun 2024 ditetapkan sebesar 300 basis poin, sedikit lebih rendah dibandingkan estimasi JPMorgan yang mencapai 350 basis poin, serta sekitar 335 basis poin yang tercatat selama tujuh bulan pertama 2024.
Lebih jauh, JPMorgan mencatat adanya potensi kenaikan biaya kredit pada tahun 2025, terutama jika bank memutuskan untuk membatasi provisi di tahun 2024. Hal ini dapat memicu ketidakpastian yang berkepanjangan terkait kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL). Akibatnya, beberapa keuntungan sebesar 35% yang telah diraih saham BBRI dari posisi terendahnya dalam tiga bulan terakhir terancam berkurang.
Dengan demikian, JPMorgan lebih cenderung memilih bank-bank Indonesia lainnya, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), sebagai pilihan utama di sektor perbankan.
Pada perdagangan saham siang ini, saham BBRI mengalami penguatan sebesar 0,99%, mencapai level Rp 5.100 per lembar saham pada pukul 15.06 WIB. Nilai transaksi juga menunjukkan performa yang baik, dengan total mencapai Rp 1,16 triliun. Volume perdagangan tercatat sebanyak 228,42 juta saham, sementara kapitalisasi pasar BBRI mencapai Rp 772,95 triliun.