IHSG Berpotensi Terkoreksi, Analis Pilih Saham BBCA, PTBA, hingga TOBA
Analis memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG bakal terkoreksi pada perdagangan hari ini, Jumat (27/12). Pada perdagangan sebelumnya, Selasa (24/12), IHSG ditutup turun 0,43% ke level 7.065.
Analis BinaArtha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan, secara teknikal, IHSG berpotensi terkoreksi ke level 6.875 apabila gerak IHSG makin melemah di bawah level 7.000. BinaArtha Sekuritas menetapkan target support di level 6.875, 6.800, dan 6.738. Sedangkan target resistance-nya di 7.143, 7.216, dan 7.297.
Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali naik karena peningkatan pembelian. Sedangkan resistance merupakan tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju kenaikan harga tertahan.
Berikut ini rekomendasi saham BinaArtha Sekuritas:
- Buy on weakness di rentang harga Rp 1.350–1.410 pada saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
- Buy on weakness pada saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan rentang harga Rp 2.450–2.500 dengan target harga terdekat di Rp 2.660
- Accumulative Buy pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di area harga Rp 9.250–9.400
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memproyeksikan ada dua kemungkinan pergerakan untuk IHSG pada akhir pekan ini. Pada skenario yang lebih pesimistis, IHSG mungkin sedang berada dalam fase koreksi yang berpotensi turun ke kisaran 6.835-6.922.
Namun pada skenario yang lebih optimistis, IHSG mungkin sedang berada di awal gelombang satu, yang berpeluang untuk naik dan menguji level 7.217-7.394. “(IHSG berpotensi naik) asalkan IHSG tetap bertahan di atas level 6.931,” tulis Herditya dalam risetnya, Jumat (27/12).
MNC Sekuritas menetapkan target support di level 6.951 dan 6.843. Sedangkan resistance-nya di 7.118 dan 7.263. MNC Sekuritas merekomendasikan saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ).