BCA Raup Laba Rp 4,73 Triliun, Naik 5,8% YoY pada Januari 2025


PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp 4,73 triliun pada awal bulan 2025. Laba bersih secara bank only BBCA naik 5,8% dibandingkan Januari 2024 yang mencapai Rp 4,47 triliun.
Kenaikan laba seiring pencapaian pendapatan bunga bersih Rp 6,7 triliun. Pendapatan bunga bersih BCA naik 6,7% dari periode Januari 2024 yakni Rp 6,3 triliun.
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja menilai kinerja bank only BBCA mencatatkan performa yang baik yang didorong oleh net Interest Margin (NIM) atau margin bunga bersih dan Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan atau Pre–Provision Operating Profit (PPOP) yang solid. Pertumbuhan laba juga didorong pertumbuhan kredit masih kuat, serta biaya kredit atau credit cost (CoC) naik imbas efek temporer.
Menurut laporan kinerjanya, BCA mencatatkan margin bunga bersih bank only sebesar 5,91% pada Januari 2025 naik 20 basis poin secara tahunan atau year on year (yoy). Namun NIM BCA turun 12 basis poin secara bulanan atau month on month (MoM).
"Ini lebih baik dibandingkan guidance konsolidasi FY25 dari manajemen di kisaran 5,7 sampai 5,8%," kata Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja dalam riset resminya, Senin (17/2).
Rahmanto turut menyoroti hal ini didorong oleh peningkatan rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) ratio menjadi 82,6% dan perpindahan asset mix dengan yield lebih tinggi. Selain itu, NIM yang solid tercermin terhadap Net Interest Income (NII) atau pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 6,7 triliun, naik 6,7% yoy.
Dari sisi intermediasi, kredit bank only tumbuh 15% pada Januari 2025. Angkanya lebih tinggi dibandingkan guidance konsolidasi sepanjang 2025 dari manajemen yang memproyeksikan melandai ke kisaran 6 hingga 8% yoy.
Sedangkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) masih terjaga sebesar 3,9%. Adapun rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) masih terjaga di level 79,7%.
Biaya kredit atau credit cost (CoC) bank only pada Januari 2025 naik menjadi 0,76% dibandingkan Januari 2024 yakni 0,29%. Rahmanto menyebut angka ini lebih tinggi dibandingkan guidance konsolidasi sepanjang 2025 dari manajemen yaitu di level 0,3%.
"Kenaikan CoC tersebut lebih disebabkan oleh efek temporer berupa liburan panjang yang terjadi pada akhir Januari 2025. Biasanya, kinerja CoC pada bulan berikutnya akan berbalik," katanya.