Mayoritas Saham Wall Street Menguat Didorong Penurunan Imbal Hasil Obligasi AS

Nur Hana Putri Nabila
19 Mei 2025, 06:13
Wall Street
Wall Street
Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) bergerak bervariasi pada perdagangan saham Jumat (16/5) dengan indeks S&P 500 menguat empat hari beruntun.

Kenaikan S&P ditopang oleh kesepakatan sementara antara Amerika Serikat dan Cina untuk menurunkan tarif. Tak hanya itu, turunnya imbal hasil obligasi pemerintah yang meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko.

 S&P 500 naik 0,41% ke level 5.916,93 dan Dow Jones Industrial Average menguat 271,69 poin atau 0,65% menjadi 42.322,75. Sebaliknya, Nasdaq Composite terkoreksi 0,18% ke posisi 19.112,32.

Kepercayaan investor meningkat setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan pejabat Cina mencapai titik temu pada kesepakatan akhir pekan lalu. Langkah tersebut dinilai mampu meredakan risiko melambatnya ekonomi AS dan tekanan inflasi dalam waktu dekat.

 Saham-saham teknologi mencatatkan kinerja positif selama sepekan. Nvidia dan Tesla masing-masing melesat sekitar 15%, disusul Meta yang menguat hampir 9%. Saham Amazon dan Alphabet juga terangkat masing-masing lebih dari 6% dan 7%.

Secara mingguan, Nasdaq melonjak 6,6%, diikuti S&P 500 yang naik 4,5%, dan Dow Jones yang menguat 2,6%.

 Wakil Presiden Senior dan Spesialis Portofolio di Calamos Investments, Joe Cusick, menyebut kekhawatiran resesi AS mulai mereda sehingga investor mulai melihat kekuatan fundamental pasar ekuitas. Meski demikian, menurutnya, sejumlah risiko makro dan mikro masih membentuk "tembok kekhawatiran" yang harus dihadapi investor.

"Fase berikutnya akan ditentukan oleh apakah reli saat ini mampu berlanjut sepanjang musim panas atau justru balik jadi fase konsolidasi atau koreksi sehat," ujar Cusick, dikutip CNBC, Senin (19/5). 

Di samping itu, dari sisi korporasi, saham Foot Locker melonjak hampir 86% setelah Dick’s Sporting Goods mengumumkan rencana akuisisi senilai US$ 2,4 miliar. Sementara saham UnitedHealth anjlok hampir 11% usai laporan The Wall Street Journal menyebutkan adanya penyelidikan oleh Departemen Kehakiman AS. 

Meski demikian, juru bicara UnitedHealth menyatakan kepada CNBC bahwa perusahaan belum menerima pemberitahuan resmi dari otoritas terkait.

Di sisi makroekonomi, data terbaru menunjukkan meredanya tekanan inflasi. Indeks Harga Produsen (PPI) untuk April tercatat turun 0,5% secara bulanan, berbanding terbalik dengan ekspektasi kenaikan 0,3% menurut survei Dow Jones. Sesuai estimasi, penjualan ritel tumbuh 0,1%, sementara produksi industri turun tipis namun lebih besar dari perkiraan analis.

Lemahnya rilis data inflasi mendorong imbal hasil obligasi turun. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun lebih dari 8 basis poin menjadi 4,44%, sedangkan imbal hasil tenor 2 tahun turun 9 basis poin ke level 3,96%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan