Wall Street Menguat, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Cetak Rekor Baru

Karunia Putri
11 September 2025, 05:57
Wall Street
NYSE
Bursa efek New York atau Wall Street
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks saham di bursa Wall Street Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Rabu (10/9) waktu setempat. S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor penutupan tertinggi, ditopang lonjakan saham Oracle. Sementara itu, data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan yang semakin menguatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pekan depan.

S&P 500 naik 0,30% menjadi 6.532,04 poin, rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut. Nasdaq menguat tipis 0,03% ke 21.886,06 poin, mencetak rekor ketiga beruntun. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun 0,48% ke 45.490,92 poin.

Sejak awal 2025, S&P 500 telah naik sekitar 11% dan Nasdaq sekitar 13%. Fokus investor kini tertuju pada data harga konsumen (CPI) yang akan dirilis Kamis untuk melihat arah inflasi selanjutnya.

Enam dari 11 sektor dalam S&P 500 ditutup melemah. Sektor konsumen diskresioner turun paling dalam sebesar 1,58%, disusul sektor barang kebutuhan pokok yang melemah 1,06%.

“Fundamental pasar ekuitas domestik masih sangat kuat. Namun, valuasi yang sudah meningkat menjadi tekanan alami bagi tren kenaikan berkelanjutan,” kata Bill Northey, Direktur Investasi Senior US Bank Wealth Management di Billings, dikutip Reuters, Kamis (11/9).

Saham Oracle melonjak 36%, mencatat kenaikan harian terbesar sejak 1992. Lonjakan ini terjadi setelah perusahaan teknologi tersebut melaporkan meningkatnya permintaan layanan cloud dari perusahaan kecerdasan buatan (AI). Saat ini, kapitalisasi pasar Oracle mencapai US$ 922 miliar, mendekati nilai Tesla yang sebesar US$ 1,12 triliun.

Reli juga terjadi pada saham chip berbasis AI. Nvidia naik 3,8%, Broadcom melesat 10%, dan Advanced Micro Devices (AMD) naik 2,4%. Di sisi lain, saham Apple turun 3,2% dan melemah untuk sesi keempat berturut-turut. Banyak investor menilai Apple tertinggal dalam persaingan teknologi AI.

Namun, tidak semua saham bergerak positif. Saham Synopsys anjlok 36%, mencatat penurunan harian terbesar dalam sejarah, setelah gagal memenuhi ekspektasi pendapatan kuartalan. Rivalnya, Cadence Design Systems, juga terkoreksi 6,4%.

Data harga produsen (PPI) yang lebih rendah dari perkiraan turut memperkuat keyakinan investor bahwa The Fed akan memangkas suku bunga. Pasar tenaga kerja AS juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan.

Peluang Penurunan Suku Bunga The Fed

Pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga minimal 25 basis poin (bps) pada pertemuan kebijakan pekan depan. Menurut CME FedWatch, ada peluang 10% pemangkasan bisa lebih dalam, yakni 50 bps.

“Kombinasi data PPI yang lebih lemah, sikap The Fed yang menekankan kondisi pasar tenaga kerja, serta tren revisi ke bawah pada data ketenagakerjaan bulanan, semuanya mendukung ekspektasi penurunan suku bunga,” ujar Jordan Rizzuto, CIO Gamma Road Capital Partners.

Di luar pasar, Gedung Putih mengalami kemunduran setelah seorang hakim federal memblokir sementara upaya Presiden Donald Trump untuk mencopot Gubernur Fed, Lisa Cook.

Secara keseluruhan, jumlah saham yang turun di S&P 500 lebih banyak dibanding yang naik, dengan rasio 1,5:1. Indeks ini mencatat 19 titik tertinggi baru dan 8 titik terendah baru, sementara Nasdaq mencatat 112 titik tertinggi dan 72 titik terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS tergolong tinggi, mencapai 17,2 miliar saham, melampaui rata-rata 16 miliar dalam 20 sesi sebelumnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...