Ramalan Rebalancing MSCI November: Emiten Grup Barito dan Bakrie Bakal Masuk?
PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) meramal emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) akan kembali masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) periode November.
Kocok ulang konstituen indeks MSCI ini akan diumumkan pada 5 November, dengan tanggal efektif rebalancing pada 25 November 2025.
Retail Equity Analyst IPOT Indri Liftiany Travelin Yunus menilai, emiten tambang ini berpeluang kuat untuk masuk konstituen MSCI karena free float telah berada di atas 15%. Salah satu syarat masuknya suatu saham ke dalam indeks MSCI adalah minimal 15% saham harus dimiliki publik dan aktif diperdagangkan.
“Kami menilai bahwa CUAN memiliki potensi yang cukup besar untuk bisa terpilih masuk ke dalam indeks MSCI mengingat CUAN memiliki free float diatas 15%,” kata Indri kepada Katadata Rabu (8/9).
Menurut analisa Indri, bisnis CUAN kini mulai terdiversifikasi ke tambang emas dan silika, serta integrasi vertikal. “Ini dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan,” katanya.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, menilai ada dua saham yang berpotensi besar masuk ke dalam indeks MSCI Indonesia, yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Menurut keduanya, BREN memiliki peluang tertinggi untuk masuk ke indeks MSCI setelah manajemen berupaya meningkatkan porsi free float. Free float adjusted market capitalization (FFMC) perusahaan telah mencapai US$ 3,5 miliar, di atas batas minimum US$ 3,1 miliar Rata-rata nilai transaksi harian (ADTV) dalam 12 bulan juga mencapai US$ 12,9 juta, jauh melampaui ambang minimal US$ 2,5 juta.
Selain itu, rasio annualized traded value ratio (ATVR) BREN juga telah melampaui batas 15% yang disyaratkan MSCI.
Adapun untuk BRMS, potensi reli harga di atas Rp 800 per saham dinilai dapat memenuhi syarat untuk naik kelas dari Indeks Small Cap ke MSCI Global Standard Index. Saat ini, BRMS telah menguat hingga le level Rp 950 dengan ADTV 12 bulan sebesar US$ 22,1 juta.
Sebaliknya, mereka menilai emiten PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berisiko dikeluarkan dari Indeks MSCI Global Standard, lantaran nilai FFMC-nya turun di bawah US$ 1,2 miliar per 7 Oktober 2025.
MSCI adalah lembaga global penyusun indeks saham internasional. Investor institusional dunia menggunakan indeks MSCI sebagai acuan untuk mengatur portofolio investasi mereka di berbagai negara.
