Tancap Gas CDIA, ARCI, DSSA hingga BREN Garap Energi Terbarukan, Cek Prospeknya
Dorongan transisi energi membuat sejumlah emiten mulai mempercepat ekspansi ke segmen energi baru terbarukan (EBT). Momentum ini dimanfaatkan korporasi besar lintas sektor untuk mengamankan pangsa pasar di industri energi hijau yang tengah tumbuh pesat.
Selain mengikuti arah kebijakan pemerintah dalam bauran energi nasional, langkah ini juga menjadi strategi menjaga daya saing bisnis di tengah tekanan dekarbonisasi global. Sejumlah nama besar tercatat sudah lebih agresif menggarap proyek EBT.
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) melalui anak usahanya memperkuat operasional PLTS di kawasan industri. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) memperdalam portofolio panas bumi sembari membangun rantai pasok panel surya nasional. Sementara PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) gencar mengembangkan pembangkit geothermal serta bersiap memasuki energi angin.
Gerak cepat emiten menuju energi bersih mencerminkan pergeseran arah investasi sektor energi, dari yang sebelumnya bertumpu pada sumber fosil menjadi energi rendah karbon. Bagaimana prospek mereka?
Langkah Chandra Daya (CDIA)
Semangat PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) menggarap proyek energi terbarukan dikebut melalui anak usahanya. PT Krakatau Chandra Energi (KCE) yang berada di bawah Danantara kini mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baru berkapasitas 4,7 megawatt-peak (MWp).
Presiden Direktur CDI Group Fransiskus Ruly Aryawan mengatakan, fasilitas tersebut telah mencapai Commercial Operation Date (COD) pada 17 November 2025, lebih cepat satu minggu dari target awal. Dengan beroperasinya PLTS ini, maka total kapasitas terpasang CDI Group meningkat menjadi 11 MWp.
Dia menjelaskan, energi yang dihasilkan PLTS ini akan langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Kawasan Industri Krakatau, Cilegon, Banten. Menurut Fransiskus, tambahan kapasitas ini akan memperkuat posisi kawasan tersebut sebagai salah satu kawasan industri strategis nasional.
“Pengoperasian PLTS oleh KCE ini menegaskan komitmen CDI Group untuk menghadirkan infrastruktur energi yang lebih efisien, bersih dan berkelanjutan bagi sektor industri nasional,” ujar Fransiskus dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin (24/11).
Proyek ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang CDIA sebagai bagian dari CDI Group untuk memperkuat pilar energi melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT), sekaligus mendukung target bauran energi nasional. Fransiskus menjelaskan, fasilitas baru ini juga menambah portofolio energi terbarukan CDI Group dan berkontribusi pada percepatan transisi energi di sektor industri.
PLTS ground-mounted dibangun di atas lahan seluas 5 hektare yang sebelumnya tidak produktif. Fasilitas ini menjadi salah satu proyek strategis CDI Group yang mengoptimalkan pemanfaatan lahan melalui konversi area nonproduktif menjadi aset energi hijau.
Dengan kapasitas 4,7 MWp, PLTS ini diproyeksikan mampu mengurangi emisi karbon hingga 5.086,74 ton CO?eq per tahun, setara dengan penyerapan lebih dari 243 ribu pohon per tahun.
Propek Dian Swastatika (DSSA)
Emiten grup Sinarmas PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) hingga memperkuat rantai pasok nasional berbasis teknologi rendah karbon.
Melalui anak usahanya, PT DSSR Daya Mas Sakti, DSSA menggandeng PT FirstGen Geothermal Indonesia mempercepat pengembangan portofolio sumber daya panas bumi dengan potensi kapasitas awal mencapai 440 MW. Proyek panas bumi ini tersebar di enam wilayah panas bumi strategis, yakni Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Sumatra Barat, dan Sulawesi Tengah.
Presiden Direktur Dian Swastatika Sentosa, L. Krisnan Cahya, menyatakan bahwa sektor energi dan teknologi global tengah mengalami perubahan besar. Ia juga menyebut fokus perusahaan saat ini tidak hanya menjaga kestabilan bisnis.
Selain itu DSSA juga terus meningkatkan kontribusi energi rendah karbon dan mendukung target transisi energi nasional. Perseroan juga memperluas pengembangan industri surya melalui perusahaan patungan dengan Trina Solar Energy Development Pte. Ltd. dan PT PLN Indonesia Power Renewables.
Melalui kolaborasi tersebut, perusahaan membangun pabrik sel dan panel surya berkapasitas 1 GW per tahun di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah, yang kini telah mulai beroperasi. Produk sel dan panel surya dengan merek Dian Solar juga telah dipasarkan melalui entitas anak perusahaan.
Menjelang 2026, DSSA optimistis dengan berkembangnya pipeline proyek EBT serta meluasnya infrastruktur digital menjadi pondasi bagi perusahaan untuk menjaga kinerja positif. Dengan dukungan tersebut, DSSA menargetkan dapat memperkuat bisnisnya sebagai perusahaan energi dan teknologi terintegrasi yang adaptif dan berorientasi masa depan.
Geliat Archi Indonesia (ARCI)
Emiten perusahaan pertambangan mineral emas dan perak, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) kini bergeliat masuk ke bisnis pembangkit listrik tenaga panas bumi atau geothermal. Perusahaan di bawah kendali konglomerat Peter Sondakh lewat PT Rajawali Corpora itu bergerak cepat melebarkan sayap bisnis.
Dalam aksi terbaru, Archi Indonesia membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan PT Ormat Geothermal Indonesia (Ormat) bernama PT Toka Tindung Geothermal (TTG). Dalam kerja sama ini, Ormat menguasai 95% saham, sementara Archi memiliki 5% saham.
Corporate Secretary Archi Indonesia, Hidayat Dwiputro Sulaksono, menjelaskan pembentukan perusahaan patungan itu bertujuan untuk kerja sama dalam mengembangkan fasilitas panas bumi. Kerja sama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pengeboran eksplorasi, perancangan, pengadaan, pembiayaan, konstruksi, pengujian, komisioning, hingga pengelolaan dan pemeliharaan.
Seluruh kegiatan itu akan dilakukan di dalam area konsesi pertambangan anak usaha Archi Indonesia, yaitu PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya. Hidayat mengatakan, langkah ini dapat memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan usaha perseroan dan entitas anak usaha.
“Di mana kegiatan usaha atas perusahaan usaha patungan tersebut memiliki prospek untuk dapat melakukan produksi dan penjualan tenaga listrik dengan fasilitas panas bumi,” ucap Hidayat.
Berdasarkan laporan perusahaan, PT Toka Tindung Geothermal (TTG) resmi memasuki bisnis pembangkit listrik tenaga panas bumi pada 2024. Perusahaan ini merupakan hasil kerja sama antara PT Archi Indonesia Tbk dan PT Ormat Geothermal Indonesia (Ormat), perusahaan energi terbarukan global yang telah membangun sekitar 190 pembangkit dengan total kapasitas mencapai 3.400 MW.
Selain itu TTG telah memperoleh Izin Panas Bumi (IPB) pada 13 Juni 2025, dengan lokasi proyek di Bitung, Sulawesi Utara, tepatnya di Kecamatan Ranowulu, Desa Pinasungkulan. Proyek ini menargetkan kapasitas sebesar 40 MW. Ke depannya TTG berencana melengkapi proses dengan persetujuan lingkungan dan melanjutkan eksplorasi lanjutan untuk memastikan suhu dan besaran potensi sumber daya panas bumi.
Target Baru Barito Renewables (BREN)
Emiten energi baru terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu berencana meningkatkan portofolio bisnisnya di bidang pengembangan pembangkit panas bumi (geothermal) mencapai 910,3 megawatt (MW) dan pembangkit listrik tenaga angin (wind farm) sebesar 78,75 MW.
Direktur Utama BREN Tan Hendra Soetjipto mengatakan, kedua lini bisnis ini masih akan menjadi fokus utama perseroan dalam jangka menengah dan panjang. Dia juga tidak menutup kemungkinan BREN akan berekspansi di sektor energi baru terbarukan (EBT) lainnya.
“Tergantung sektor-sektor lain di luar geothermal dan wind farm memberikan tingkat ekonomi return menarik atau tidak. Tapi tetap fokus kami mengembangkan portofolio itu [geothermal dan wind farm],” kata Hendrea dalam paparan publik virtual, Selasa (11/11).
BREN membidik total kapasitas pembangkit listrik mencapai 2.300 MW pada 2032. Salah satu cara mencapai target tersebut adalah dengan mengembangkan empat proyek strategis yang sedang dieksekusi. Keempat proyek tersebut adalah pertama, Proyek Wayang Windu Unit 3 dengan proyeksi tambahan kapasitas lebih dari 30 MW, ditargetkan rampung pada kuartal keempat 2026.
Kedua, Proyek Salak Unit 7 dengan tambahan lebih dari 40 MW, diproyeksikan selesai pada kuartal keempat 2026. Ketiga, Wayang Windu Unit 1 dan 2 Retrofit akan menambah 18,4 MW dan ditargetkan tuntas pada kuartal keempat 2025. Serta keempat adalah Proyek Darajat Unit 3 Retrofit akan menambah lebih dari 7 MW setelah selesai pada 2026.
Saat ini, BREN mengoperasikan tiga aset panas bumi yang berasal dari tiga proyeknya yakni, Wayang Windu, Salak dan Darajat dengan total kapasitas terpasang 710 MW. Kapasitas ini menjadikan BREN sebagai pemimpin di sektor panas bumi nasional.
