Rata-rata Bunga KPR Turun Jadi 9,43% pada Juni 2019
Bank Indonesia (BI) mencatat rata-rata bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada kuartal II 2019 (Juni 2019) sebesar 9,43%, turun dibandingkan kuartal I 2019 (April 2019) sebesar 9,53%.
Hal tersebut terungkap dalam Hasil Survei Harga Properti Residensial yang dipublikasikan Bank Indonesia pada Senin (12/8). Menurut survei tersebut, fasilitas KPR tetap menjadi sumber pembiayaan utama bagi konsumen dalam melakukan pembelian rumah.
Sebanyak 74,32% konsumen menggunakan fasilitas KPR untuk membeli rumah, sedangkan 19,05% menggunakan tunai bertahap dan 6,64% secara tunai.
(Baca: Harga Rumah Tipe Kecil Diramal Naik Paling Tinggi pada Kuartal III)
Survei tersebut juga menyebut Kalimantan Selatan sebagai wilayah dengan rata-rata bunga KPR tertinggi sebesar 14,75%, sedangkan Yogyakarta menjadi wilayah dengan rata-rata bunga KPR terendah sebesar 8,39%.
Adapun berdasarkan kelompok bank, rata-rata bunga KPR tertinggi diberikan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD)sebesar 11,86%. Kemudian disusul kelompok bank BUMN sebesar 9,64%, bank swasta nasional sebesar 9,19%, dan terendah yakni kelompok bank asing dan campuran sebesar 7,05%.
Kendati terjadi penurunan suku bunga, hasil survei justru mengungkapkan suku bunga KPR yang cukup tinggi menjadi salah satu faktor penghambat pertumbuhan penjualan rumah pada kuartal II 2019.
Selain bunga KPR, melemahnya daya beli, tingginya harga rumah, dan masalah perizinan atau birokrasi dalam pengembangan perumahan turut menjadi biang keladi.
(Baca: Beli Apartemen di Stasiun LRT, Milenial Dapat Promo DP 0%)
Menurut survei tersebut, penjualan properti residensial pada kuartal II turun sebesar 15,9% dibanding kuartal sebelumnya. Sejalan penurunan penjualan, kenaikan harga pada seluruh tipe rumah pun ikut melambat.
Di sisi lain, hasil survei memproyeksi harga properti residensial akan meningkat pada kuartal III 2019. Kenaikan terutama terjadi pada harga untuk rumah tipe kecil.
Sementara hingga Juni 2019, penyaluran KPR tercatat tumbbuh 12,8 persen menjadi Rp489,2 triliun.
