Rajin Pangkas Bunga Deposito, Laba BCA Tumbuh 9,3 Persen
KATADATA - Bank Central Asia (BCA) memetik buah dari kebijakan pemangkasan bunga deposito sejak tahun lalu. Rendahnya suku bunga deposito membuat bank swasta terbesar di Indonesia ini dapat menurunkan biaya bunga (cost of fund). Ujung-ujungnya, laba bersih BCA masih bisa tumbuh lumayan tinggi di tengah tren perlambatan ekonomi nasional dan risiko kenaikan kredit bermasalah.
Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan, laba bersih BCA pada 2015 mencapai Rp 18 triliun atau tumbuh 9,3 persen dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya. Peningkatan laba itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih senilai Rp 35,9 triliun dan pendapatan nonbunga hampir Rp 12 triliun. "Kami berhasil mempertahankan soliditas di tengah tahun 2015 yang penuh tantangan," katanya saat pemaparan kinerja 2015 BCA di Jakarta, Kamis (3/3).
(Baca: Tekan Suku Bunga, Bank BUMN Lakukan Efisiensi)
Peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 12 persen pada tahun lalu itu berkat penurunan biaya bunga. Menurut Jahja, BCA telah menurunkan bunga deposito sejak Februari 2015 hingga Oktober sebesar 200 basis poin. Alhasil, pada Oktober tahun lalu, bunga deposito BCA tinggal sebesar 5,75 persen. “Di saat bank lain belum menurunkan bunga deposito, BCA telah menurunkan sesuai arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun ini. Otomatis cost of fund kami juga turun," katanya.
Langkah berani manajemen BCA memangkas bunga deposito sejak awal tahun lalu lantaran adanya kelebihan likuiditas. Pasalnya, permintaan kredit cenderung melambat di tengah tren lesunya perekonomian.
Sepanjang tahun lalu, penyaluran kredit BCA tumbuh 11,9 persen menjadi Rp 387,6 triliun. Sedangkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) cuma naik 5,8 persen menjadi Rp 473,7 triliun. "Ini seiring membaiknya kondisi ekonomi Indonesia pada akhir tahun 2015," ujar Jahja.
(Baca: Pembengkakan Kredit Bermasalah Menggerus Laba Bank BUMN)
Hal itu terlihat dari pertumbuhan kredit yang melaju lebihj kencang ketimbang DPK. Secara lebih rinci, kredit korporasi pada 2015 meningkat 17,2 persen menjadi Rp 141,3 triliun. Sedangkan kredit konsumer, Kredit Pembiayaan Rumah (KPR), dan Kredit Kendaraan Bermotor juga mencatatkan kenaikan.
(Baca: Likuiditas Mengetat, Rp 95 Triliun Berpotensi Cabut dari Bank)
Meski kredit tetap tumbuh, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) BCA tetap rendah. Jahja mengatakan rasio NPL bersih sebesar 0,7 persen. Dengan begitu, laba BCA tidak tergerus lantaran dialokasikan untuk menambah pencadangan kredit bersamalah. "Untuk tahun ini kami menyadari potensi kredit bermasalah di sektor perbankan. Namun perkiraan kami masih ada di angka yang bisa ditoleransi," katanya.