Kredit Kuartal I Tumbuh Dobel Digit, BCA Mampu Raup Laba Bersih Rp 6 T
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada kuartal I 2020 membukukan laba bersih (bank only) sebesar Rp 6,1 triliun, tumbuh 8,61% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan capaian kuartal I 2019. Pertumbuhan laba bersih ditopang oleh kredit yang masih tumbuh double digit.
Hingga 31 Maret 2020, kredit tumbuh 12,3% yoy menjadi Rp 612,2 triliun. Pertumbuhan kredit ditopang segmen kredit korporasi yang lompat 25,4% yoy menjadi Rp 260,4 triliun. Sedangkan kredit komersial dan UKM hanya tumbuh 5,0% yoy menjadi Rp 191,2 triliun, dan kredit konsumer hanya tumbuh 3% yoy menjadi Rp 154,9 triliun.
Dengan kredit yang masih tumbuh double digit, pendapatan operasional pun naik 17,3% yoy menjadi Rp 19,6 triliun yang didorong kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 14,1% yoy menjadi Rp 13,7 triliun, dan pendapatan operasional lainnya 25,5% yoy menjadi Rp 5,9 triliun. Meskipun beban operasional juga naik 17,2% yoy.
"Hasil kinerja kuartal I menunjukan posisi permodalan BCA solid dengan likuiditas yang sehat," kata Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers virtual, Rabu (27/5).
(Baca: BCA Revisi Target Pertumbuhan Kredit Jadi 5-7% karena Terdampak Corona)
Adapun kredit konsumer BCA seperti kredit pemilikan rumah (KPR) hanya tumbuh 7,0% yoy menjadi Rp 92,5 triliun; kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 2,1% yoy menjadi Rp 47,2 triliun; dan outstanding kartu kredit turun 3,7% yoy menjadi Rp 12,4 triliun.
Namun, pertumbuhan kredit juga dibarengi dengan naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) walau masih jauh di bawah level yang dibolehkan, yakni menjadi 1,6%.
Seiring dengan naiknya NPL, terjadi peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menjadi 2,59% dari 1,89% pada kuartal I 2019. Beban provisi pun melonjak hingga 121,9% yoy, seiring dengan antisipasi pelemahan kualitas kredit.
Dengan catatan tersebut, Jahja optimistis pihaknya mampu menghadapi ketidakpastian yang muncul akibat pandemi corona. “Posisi keuangan yang kokoh menjadi fondasi kuat bagi kami menghadapi ketidakpastian akibat pandemi COVID-19,” ujarnya.
(Baca: Jalankan Relaksasi Saat Pandemi, BCA Turunkan Bunga Kartu Kredit)
Jahja memastikan bahwa BCA berkomitmen untuk membantu nasabah yang kompeten dalam melalui situasi ekonomi yang tidak menentu akibat dampak pandemi corona.
DPK Topang Pertumbuhan Kredit
Adapun pertumbuhan kredit turut ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh 16,8% yoy menjadi Rp 741 triliun. Sehingga rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada level 77,6%. Artinya, BCA memiliki ruang likuiditas yang sangat lebar untuk lebih menggenjot penyaluran kreditnya.
DPK BCA pun didominasi oleh dana murah dalam current account savings account (CASA) yang mencapai 76,7% dari total DPK. Dana murah BCA tumbuh 17,3% yoy menjadi Rp 568,5 triliun. Sedangkan deposito tumbuh 15,1% yoy menjadi Rp 172,5 triliun, meskipun terdapat tren penurunan suku bunga deposito.
Pertumbuhan DPK didorong oleh bertambahnya jumlah rekening menjadi total 22 juta rekening atau naik 13,7% yoy. Pertumbuhan jumlah rekening salah satunya ditopang oleh layanan pembukaan rekening online.
Sementara itu aset bank only naik 6,08% yoy menjadi Rp 953,7 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) berada pada level 22,5%. Rasio pengembalian terhadap aset (return on asset/ROA) sebesar 3,2%, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas (return on equity/ROE) sebesar 15,6%.
(Baca: Jalankan Relaksasi Saat Pandemi, BCA Turunkan Bunga Kartu Kredit)