Modus Jouska Gunakan Amarta dan Mahesa Beri Jasa Manajemen Investasi
Satgas Waspada Investasi (SWI) memutuskan untuk menghentikan kegiatan PT Jouska Finansial Indonesia karena perusahaan tersebut melakukan kegiatan usaha sebagai penasehat investasi dan agen perantara perdagangan efek tanpa izin. Padahal Jouska hanya mengantongi izin di Online Single Submission (OSS) untuk kegiatan jasa pendidikan.
Satgas juga mengungkapkan fakta Jouska melakukan kerja sama dengan dua perusahaan lainnya yakni PT Mahesa Strategis Indonesia dan PT Amarta Investa Indonesia dalam pengelolaan dana nasabah. Kedua perusahaan tersebut melakukan kegiatan Penasehat Investasi, Manajer Investasi atau Perusahaan Sekuritas tanpa izin. Satgas pun menutup operasi kedua perusahaan itu.
Dua perusahaan itu, Mahesa dan Amarta, tidaklah asing bagi klien Jouska. Jouska memberikan tawaran kepada kliennya untuk menggunakan jasa Mahesa atau Amarta untuk mengelola dana investasi mereka. "Advisor Jouska menyebut bahwa Amarta dan Mahesa merupakan bagian dari Jouska," kata salah satu klien Jouska, Mita Lengganasari, kepada Katadata.co.id, Jumat (24/7).
Mita mengatakan awalnya dia mengenal Jouska pada 2018 karena membutuhkan nasehat perencana keuangan. Ketika itu dia berencana melunasi KPR namun masih bimbang karena khawatir dengan masalah arus kas di kemudian hari. "Urusan dengan konsultasi penasehat keuangannya beres, namun setelah itu Jouska menawarkan paket mengelola dana investasi," kata Mita.
Saat berkonsultasi itu, Mita membuka semua data mengenai kepemilikan aset dan utang, termasuk investasinya di reksa dana. "Jouska menyarankan reksa dana saya ditutup karena fee-nya besar, kemudian mereka menawarkan jasa manajer investasi lewat Amarta dengan janji biaya yang lebih kecil," kata Mita.
Pada September 2018 Mita pun meneken kontrak kerja sama dengan Amarta untuk pengembangan investasi dengan dana yang disetorkan Rp 55 juta. Mita kemudian memberikan data pribadi dan mengisi formulir dan beberapa hari kemudian dia sudah memiliki Rekening Dana Investor di Philip Sekuritas. "Mereka yang membuat dan memilihkan sekuritasnya," kata Mita.
Mita mengatakan meski berkontrak dengan Amarta, namun pengelolaan investasinya dikendalikan oleh Jouska. Bahkan tanpa persetujuannya.
Mita sempat mengkonfirmasi mengenai trading atau transaksi jual beli saham tanpa sepengetahuan dirinya. Padahal dalam kontrak Jouska hanya memberikan masukan. Ketika itu founder dan CEO Jouska Aakar Abyasa menjelaskan sistem kerja tersebut yang mereka terapkan agar investasi optimal.
Awalnya Jouska membelikan saham-saham yang likuid seperti Bank Mandiri (BMRI), Telkom (TLKM), dan lainnya. Namun ketika kontrak berakhir, portofolionya milik Mita diubah menjadi 100% dialokasikan pada saham PT Sentral Mitra Informatika Tbk (LUCK).
Lewat akun milik Mita, Jouska membeli LUCK saat harganya Rp 1.700, padahal pada penutupan perdagangan hari ini saham tersebut hanya bertengger Rp 322. Mita menghitung dia mengalami potensial rugi hingga 70%. Mita pun menuntut penjelasan mengapa Jouska tak melakukan cut-loss. Alasannya mereka memiliki informasi dari orang dalam bahwa saham ini memiliki standby buyer yang siap membeli saham LUCK pada harga hingga Rp 2.000 per saham.
Tak puas dengan penjelasan itu, Mita menuntut addendum kontrak agar Jouska bertanggung jawab. Jouska malah menawarkan bantuan pemulihan portofolio saham melalui PT Mahesa Strategis Indonesia. Tawaran itu ditolak Mita karena dia menuntut Jouska yang bertanggung jawab. "Setelah itu, saya kirim somasi pada Juni lalu menuntut pertanggungjawaban mereka," kata Mita.
Mita yang kini membentuk kelompok bersama 19 korban dengan jumlah kerugian mencapai Rp 2.2 miliar. Pengalaman Mita pun dialami mantan klien Jouska lainnya. "Pola pendekatan dan teknisnya sama, hampir 100% dibelikan saham LUCK," kata dia.
Salah seorang mantan klien Jouska menceritakan pengalamannya melalui akun twitter @terperdaya. Dia juga menunjukkan bukti bahwa Jouska memang menawarkan jasa manajemen investasi.
Akun Twitter dengan username Terperdaya Branding ini pun kemudian membeberkan detail kontrak yang dia sepakati dengan Jouska. Salah satu poin penting dari detail kontrak tersebut, dan seperti yang dipaparkan pemilik akun Twitter tersebut, Jouska memberikan jasa manajemen investasi.
Dalam kontrak tersebut Jouska menyediakan layanan di antaranya alokasi aset, manajemen cash flow, dana darurat, manajemen risiko (asuransi), perhitungan tujuan keuangan seperti dana pensiun, serta manajemen investasi.
Pada poin ruang lingkup kerja manajemen investasi, ada sejumlah rincian kerja. Manajemen investasi akan memberikan referensi produk investasi pada saham dan obligasi. Kemudian Jouska akan membantu klien memilih instrumen investasi yang direferensikan sesuai dengan profil, kebutuhan, dan jangka waktu investasi klien.
Sebelumnya founder Jouska Aakar Abyasa Fidzuno sempat membantah bahwa perusahaannya menyediakan jasa manajer investasi. “Berdasarkan kontrak yang telah disepakati kedua belah pihak, setiap klien mempunyai hak untuk mengikuti atau menolak setiap saran yang diberikan,” kata Aakar lewat pernyataan resmi, Selasa (21/7) malam.