Tiga Bank Raksasa Targetkan Kredit Tumbuh Maksimal 10% Tahun Ini
Tiga bank bermodal besar menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 7%-10% sampai akhir 2022. Persentase ini lebih tinggi dari target pertumbuhan kredit sepanjang tahun lalu yang berada di kisaran 5,5%-7%.
Berdasarkan keterangan manajemen, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menargetkan kinerja penyaluran kredit naik 7% - 8%, atau lebih besar dari target pertumbuhan kredit tahun lalu 6%. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menargetkan penyaluran kredit tumbuh 9% atau lebih besar dari target 2020 5,5%-7%. Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menargetkan pertumbuhan kredit berada di kisaran 8% - 10%, atau lebih tinggi dari target 6%-7%.
BNI menargetkan penyaluran kredit pada 2022 dapat tumbuh sejalan dengan proyeksi industri atau sebesar 9% secara tahunan. Salah satu pendorong pertumbuhan itu dinilai datang dari program vaksinasi yang baik di dalam dan luar negeri.
"Kami melihat tren yang sangat positif dari pertumbuhan kredit perbankan di masa pemulihan ekonomi," kata Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom kepada Katadata, Kamis (6/1).
Mucharom mengatakan salah satu pendorong pertumbuhan kredit pada 2022 adalah pertumbuhan harga komoditas pada 2021. Pasalnya, kenaikan harga komoditas telah mendorong penyaluran kredit komoditas perseroan pada 2021.
Selain itu, Mucharom melihat perusahaan yang memanfaatkan suku bunga rendah untuk mengakselerasi kinerjanya sejak akhir 2021. Mucharom menilai hal ini menjadi indikator penting untuk meningkatkan penyaluran kredit pada 2022.
Salah satu segmen yang akan menjadi fokus BNI adalah pembiayaan hijau. "Banyak nasabah kami yang mulai transformasi, sehingga membutuhkan banyak dukungan produk perbankan," kata Mucharom.
Berdasarkan laporan keuangan BNI, penyaluran kredit BNI telah tumbuh 5,15% secara tahunan hingga November 2021 menjadi Rp 568,6 triliun dari Rp 540,74 triliun. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga naik 9,44% menjadi Rp 682,17 triliun dengan komposisi dana murah sebanyak 68,45% atau Rp 466,99 triliun.
Untuk meningkatkan penyaluran kredit pada tahun ini, Mucharom mengatakan perseroan telah memperkuat permodalan pada 2021. Pada semester I-2022, BNI juga berencana untuk menambah modal senilai Rp 11,7 triliun melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.
Penguatan modal yang dilakukan pada 2021 akan digunakan sebagai sumber dana ekspansi. Adapun, ekspansi yang dimaksud adalah pembukaan cabang internasional di beberapa wilayah, seperti Belanda dan Amerika Serikat. Sementara itu, target wilayah selanjutnya ada di Australia, Asia, dan TImur Tengah.
"Untuk go-internasional, kami memang memiliki rencana yang ekspansif untuk 2022. Sebagai bank internasional kami tentunya akan tetap melanjutkan misi kami untuk mendorong nasabah kami go produktif, go digital, dan go global," kata Mucharom.
Terpisah, EVP Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn mengatakan pihaknya berkomitmen untuk mempertahankan kinerja fundamental yang solid. Oleh karena itu, BCA menargetkan penyaluran kredit bisa naik 7% - 8% sepanjang 2022.
"(Pertumbuhan kredit 2022) ditopang oleh likuiditas yang masih memadai dan harapan akan pemulihan ekonomi," kata Hera kepada Katadata.
Berdasarkan laporan keuangan BCA, penyaluran kredit hingga November 2021 tumbuh 6,25% secara tahunan menjadi Rp 601,99 triliun dari Rp 566,53 triliun.
Sementara itu, dana murah atau current account saving account (CASA) naik 20,87% secara tahunan mencapai Rp 751,2 triliun per November 2021. Sementara itu, deposito juga meningkat 7,45% secara tahunan menjadi Rp 197,95 triliun.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga naik sebesar 17,8% secara tahunan menjadi Rp 949,16 triliun, sehingga mendorong total aset BCA tumbuh 15,96% secara tahunan mencapai Rp1.191,94 triliun. Pendanaan CASA yang solid ditopang kinerja BCA dalam mempertahankan kekuatan di segmen perbankan transaksi, terutama dalam memperkuat ekspansi ekosistem digital dan basis nasabah.
Per November 2021, CASA berkontribusi hingga 79,14% dari total dana pihak ketiga. Adapun, BCA memproses 45,7 juta transaksi per hari secara rata-rata di sembilan bulan pertama tahun 2021, naik 39,2% dari periode yang sama tahun lalu, yang mana menjadi kenaikan tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menargetkan pertumbuhan fungsi intermediasi sebesar 8% - 10% hingga akhir 2022. Strategi yang diterapkan untuk mencapai target itu adalah memfokuskan penyaluran kredit ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Emiten perbankan berkode BBRI ini akan mendorong kontribusi kredit UMKM ke total kredit hingga 85% pada 2022. Hingga kuartal III-2021, proporsi kredit UMKM BBRI telah mencapai 82,67%.
"Salah satu strategi utama BRI untuk meningkatkan pembiayaan UMKM di 2022 yakni melalui optimalisasi ekosistem ultra mikro yang saat ini menjadi new source of growth bagi BRI," kata Corporate Secretary BBRI Aestika Oryza Gunarto kepada Katadata, Kamis (6/1).
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), strategi yang akan diterapkan BRI pada tahun ini adalah mendorong kontribusi dana murah atau current account saving account (CASA). Pada 2022, target kontribusi CASA ke total DPK BBRI adalah 65%.
Berdasarkan laporan keuangan BBRI, kontribusi CASA ke DPK hingga September 2021 mencapai 59,59% atau senilai Rp676,59 triliun. Adapun, DPK tercatat naik 4,39% menjadi Rp 1.135,3 triliun dari realisasi 2020 senilai Rp 1.087,55 triliun.
Untuk meningkatkan CASA, perseroan berencana untuk meningkatkan transaksi di platform ekosistem digital BRI. Selain itu, RI juga akan agresif dalam melakukan akuisisi merchant dan optimalisasi program kampanye payung atau umbrella campaign seperti BritAma FSTVL dan Panen Hadiah Simpedes.
Aestika mengatakan pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan dalam mendorong transaksi melalui kanal digital. Adapun, transaksi melalui kanal digital BBRI menjadi salah satu sumber pendapatan ayng mendominasi fee based income perseroan.
"Strategi BRI pada tahun ini akan berfokus untuk menjaga fundamental perusahaan agar bisnis dapat tumbuh sehat dan berkelanjutan," kata Aestika.
Selama 9 bulan 2021, total pendapatan operasional lainnya BBRI nik 17,12% secara tahunan menjadi Rp 25,15 trLiliun dari Rp 21,47 triliun. Adapun, total pendapatan bunga naik 5,99% menjadi Rp 91 triliun.
Dengan demikian, laba bersih BBRI hingga September 2021 tercatat tumbuh 34,74% menjadi Rp 19,07 triliun.
Di sisi lain, Aestika mengatakan pihaknya akan menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di atas 18%. Per September 2021, CAR BBRI tercatat ada di level 24,37% atau meningkat dari posisi September 2020 di titik 20,36%.
Selain itu, BBRI menargetkan dapat menjaga rasio non performing loan (NPL) di kisaran 3%. Hingga kuartal III-2021, NPL perseroan tercatat naik dari capaian September 2020 di level 3,02% menjadi 3, 29%. Adapun, NPL bersih atau rasio kredit dengan kolektibilitas 3-5 ke total kredit naik ke level 0,86%.
"Strategi BRI dalam menjaga kualitas kredit yang disalurkan yakni dengan selective growth serta aktif melakukan restrukturisasi," kata Aestika.
Berdasarkan data Stockbit, saham BBRI tercatat naik 42 poin atau menguat 1,03% sepanjang 2021 ke level Rp 4.110 per saham. Secara tahun berjalan, harga saham BBRI telah naik 2,43% menjadi Rp 4.210 per saham.
Adapun, rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) BBRI saat ini adalah 2,3 kali. PE BBRI sempat menyentuh titik tertingginya sejak 2017 pada tahun lalu, tepatnya pada 22 Oktober 2021 di level 3,39 kali.