UMKM Butuh Dukungan untuk Berkompetisi di Pasar Global
Rencana Strategis Kemenkop UKM 2020-2024 menyebutkan ada sejumlah kendala yang dihadapi pelaku UMKM dalam menjalankan bisnisnya, antara lain sumber daya manusia (SDM), produksi dan pemasaran, pembiayaan, dan kelembagaan.
Terkait SDM, Renstra Kemenkop UKM menunjukkan masih minimnya pengetahuan bisnis yang baik dari para pengusaha UMKM. Para pengusaha ini juga tidak mempunyai mentor bisnis yang dapat mengarahkan mereka.
Bicara soal produksi dan pemasaran, pelaku UMKM dinilai masih minim kreativitas dan inovasi sehingga kesulitan menembus pasar internasional. Pelaku UMKM juga disebut belum sepenuhnya sadar kekuatan branding dan belum memaksimalkan pemasaran secara online.
Sementara bila bicara kelembagaaan, dari 65 juta UMKM yang ada di Indonesia hanya lima persen yang sudah punya legalitas usaha menurut Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim dalam peresmian UMKM Expo dan Pesona Kopi Kuningan.
Tidak adanya legalitas usaha membuat UMKM sulit dalam mengakses modal pembiayaan yang akan menyebabkan UMKM sulit berkembang. Hal ini diperparah dengan rendahnya pemahaman terkait legalitas dari para pelaku UMKM.
Hingga kini, Kemenkop UKM terus proaktif mendorong agar UMKM bisa meningkatkan daya saing dan menembus pasar global. Mewujudkan hal tersebut, Kemenkop UKM mengusung sejumlah strategi utama yang meliputi promosi, edukasi, digitalisasi, dan kemudahan pembiayaan.
Untuk promosi, Kemenkop UKM proaktif dalam membuka akses pasar baik domestik maupun internasional. Beberapa kegiatan promosi luar negeri yang telah dilakukan antara lain; Malaysia International Halal Expo (2020), Food Hotel Asia (2020), Manila Fame (2020), dan Dubai Expo 2020 (2021).
Untuk meningkatkan edukasi, upaya Kemenkop UKM beririsan dengan digitalisasi. Karena itu Kemenkop menerapkan dua pendekatan, yaitu mendorong literasi digital, kapasitas, dan kualitas usaha serta memperluas pasar digital.
Kemenkop UKM menggandeng platform edukasi, media sosial, dan marketplace demi untuk menyediakan pelatihan gratis bagi para pelaku UMKM.
Materi pelatihan yang diberikan meliputi topik-topik entrepreneurship, business planning, digital marketing, pricing, manajemen media sosial, hingga motivasi bisnis.
Kemenkop UKM menggandeng sejumlah platform antara lain Ruang Guru, Gojek, Grab, Tokopedia, Shopee, Blibli dan platform media sosial Meta Group yakni Facebook, Instagram, dan WhatsApp.
Selain itu Kemenkop UKM juga menyediakan pelatihan tersendiri yang bisa diakses pelaku UMKM di edukumkm.id.
Upaya lainnya sinergi bersama antara Kementerian Kominfo dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi mengadakan Pekan Pelaku UMKM pada September 2021 lalu.
Kemenkop UKM melakukan perluasan pasar digital melalui kampanye Beli Barang Indonesia (BBI), pengadaan e-catalog, LPSE & PaDI (Program Pasar Digital), Live Shopping via e-commerce dan pembuatan situs SMEsta sebagai portal informasi UMKM.
Berdasarkan data Kemenkop UKM pada Maret 2022, ada 18,5 juta UMKM yang telah go digital per Desember 2021. Jumlah tersebut diproyeksikan naik menjadi 20 juta pada 2022 dan 30 juta pada 2024 mendatang.
Dukungan lain agar UMKM naik kelas dilakukan lewat kemudahan pembiayaan melalui kerja sama dengan sumber pembiayaan ekspor (LPEI/KURBE, LPDB-KUMKM, dan Himbara) dan skema alternatif (crowdfunding, CSR, modal ventura).
Pemerintah juga menaikkan plafon KUR dari Rp500 juta menjadi Rp20 miliar, dan plafon KUR tanpa agunan dari Rp50 juta menjadi Rp100 juta.
Dorongan agar UMKM naik kelas tidak terbatas pada langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas UMKM, tapi juga menciptakan iklim yang membantu keberlangsungan UMKM.
Beberapa kegiatan pendorong produktivitas itu, di antaranya, menutup cross-border impor ilegal lewat kerja sama dengan Shopee dan menutup tiga sektor produk berupa fashion, makanan, dan kerajinan melalui program Akselerasi Karya Rakyat (AKAR) Lazada.
Kemenkop UKM juga berkoordinasi dengan Ombudsman, BPOM, dan lembaga terkait lainnya untuk percepatan penerbitan sertifikasi izin usaha.
Langkah untuk mengedukasi dan mendorong UMKM go digital tidak hanya akan membantu UMKM memperluas pasar, tapi juga meningkatkan resiliensi UMKM khususnya pada masa pandemi.
Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki dalam perayaan Hari UMKM 12 Agustus 2021 menyatakan bahwa selama pandemi, UMKM dituntut untuk terus beradaptasi dan bertransformasi, termasuk di antaranya transformasi digital.
Survei Dampak Covid-19 Terhadap Pelaku Usaha oleh BPS mencatat 15 dari setiap 100 perusahaan cenderung melakukan diversifikasi usaha selama pandemi.
Data dari World Bank 2021 menunjukkan bahwa 80 persen yang terhubung dalam ekosistem digital memiliki resiliensi lebih baik.
Masuk Pasar Global via Digital
Salah satu kisah keberhasilan UMKM menembus pasar global adalah brand pakaian dan tas buatan tangan House of Distraw. Brand ini berdiri sejak 2017 dan selalu mengedepankan prinsip keberlanjutan dalam proses produksinya.
Arief Jatinugroho, pemilik brand, menceritakan bahwa keikutsertaannya pada INACRAFT 2018 telah membuka peluang untuk berkembang. Kini, brand miliknya telah bekerjasama dengan beberapa galeri, baik di dalam maupun luar negeri, untuk memantapkan kualitas kurasi pada produk-produknya.
“Dari Pameran INACRAFT 2018 itu, bisnis kita bisa dikatakan melejit eksponensial. Naiknya tajam sekali,” ujar Arief.
Saat ini, lanjutnya, pihaknya telah berhasil menembus pasar global dan menjual produk-produknya di Singapura, Melbourne, London hingga Moskow.
“Yang kami dapatkan dari Kemenkop UKM adalah akses, yang kemudian menjadi pintu menuju berbagai lembaga lainnya,” ujar Arief.
Cerita senada juga datang dari Carlo Mayer Mozzas Putra, General Manager PT Mozzas Sukses Internasional, yang adalah penghasil kopi. Pemegang brand Mozzas Healthy Lab ini menjual kopi organik, yang berasal dari biji kopi organik hasil produksi sendiri.
Berbagai macam pameran telah disambangi sebagai bagian dari usaha mengenalkan brand kopinya ke berbagai komunitas. Perusahaan ini juga tengah berupaya mengepakkan sayapnya ke manca negara dan kini tengah bernegosiasi dengan exportir dari Singapura, Rusia dan Cina.
“Untuk tujuan export, kami telah mengirimkan contoh produksi kami ke Singapura, Cina dan Rusia. Mereka juga telah melalukan pembelian. Bisa dibilang sudah export, tapi memang kuantitasnya belum container,” ujar Carlo.
Saat ini Kemenkop UKM telah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan ekspor UMKM.
Langkah pertama penguatan database, pemetaan potensi produk maupun pasar melalui Basis Data Tunggal UMKM, preferensi pasar di negara tujuan, jaringan distribusi dan gudang di luar negeri, serta affirmative action penurunan tarif di negara tujuan dan memperluas kerjasama dagang luar negeri.
Untuk keperluan ini, Kemenkop UKM telah bersinergi dengan Kemenlu, KBRI/KJRI, Atase Perdagangan, BKPM, dan pihak swasta luar negeri.
Kedua, peningkatan SDM dan kualitas produk lewat sekolah ekspor, standarisasi dan sertifikasi, serta factory sharing.
Pada 2021 lalu, Kemenkop UKM bersama Bappenas telah melakukan pilot project factory sharing di lima provinsi, dengan rencana awal FS untuk komoditas rotan (Jateng), FS untuk komoditas kelapa (Sulut), FS untuk komoditas sapi (NTT), FS untuk komoditas nilam (Aceh), dan FS untuk komoditas biofarmaka (Kaltim).
Ketiga, bantuan pembiayaan ekspor lewat kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait.
Kolaborasi Fintech Mudahkan Pembiayaan UMKM
Laporan terbaru Asian Development Bank (ADB) bertajuk Asia Small and Medium-Sized Enterprise Monitor 2020 menyebutkan bahwa UMKM menjadi kunci perbaikan ekonomi Asia Tenggara pasca pandemi Covid-19.
Tercatat jumlah UMKM mencakup 97 persen usaha dan menyerap 70 persen tenaga kerja dalam rentang periode 2010-2019. Laporan ADB juga menyebutkan bahwa UMKM Asia Tenggara menyumbang rata-rata 41 persen PDB negara pada periode yang sama.
UMKM terbukti tangguh selama pandemi, laporan yang sama menunjukkan bahwa pertumbuhan UMKM di Asia Tenggara hanya turun 0,3 persen. Di level domestik, UMKM Indonesia mengalami pertumbuhan 1,98 persen dari 64,2 juta menjadi 65,5 juta UMKM.
Kerja sama UMKM dengan fintech, marketplace, bank, dan lembaga-lembaga lainnya yang saat ini terus didorong pemerintah dapat membantu UMKM berkembang lebih jauh.
Kerja sama dengan marketplace misalnya, yang mendorong peningkatan UMKM go-digital dan memudahkan UMKM mengakses pasar yang lebih luas.
Melansir dari Katadata, Indonesia merupakan pengakses marketplace tertinggi di dunia per April 2021.
Potensi semakin besar dengan proyeksi bahwa pada 2025 penggunaan smartphone di Indonesia akan mencapai 90 persen. Besaran nilai transaksi di pasar digital juga menunjukkan peningkatan setiap tahun.
Pada 2020 angkanya mencapai Rp 266,3 triliun atau naik enam kali lipat dibandingkan dengan 2017 (Rp 42,2 triliun).
Sementara kerja sama dengan fintech dan perbankan yang membantu pembiayaan UMKM lewat program insentif serta mengenalkan UMKM pada berbagai model bisnis seperti P2P lending, Financial Planner, Project Financing, Dompet Digital, dan lainnya.
Keberadaan berbagai skema pinjaman ini menjadi solusi bagi UMKM yang sulit mendapatkan kredit dari bank.
Berdasarkan data Kemenkop UKM, kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 61 persen atau setara dengan Rp 8.573 triliun dan menyerap tenaga kerja 97 persen dan menghimpun 60 persen investasi.
Teten mengatakan Kementerian Koperasi dan UKM telah menargetkan kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 63 persen pada 2022. Hal lain yang berusaha didorong pemerintah, yakni rasio kewirausahaan Indonesia dari 3,4 persen menjadi 4 persen pada 2024.
Peningkatan pelaku usaha menjadi strategi untuk membuka lapangan kerja baru yang akan berperan penting sebagai akselerator pertumbuhan dan pembangunan ekonomi serta pengurangan kemiskinan.