Total Obligasi Semester I Capai Rp465 T, Lebih 50% Dirilis oleh BUMN
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, jumlah obligasi korporasi yang belum lunas atau outstanding bond pada semester pertama tahun ini sebesar Rp 465,9 triliun. Nilai ini meningkat 1,4% dari posisi akhir tahun 2021 sebesar Rp 458,6 triliun.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra, mengatakan jumlah itu masih didominasi dari penerbitan obligasi korporasi dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) senilai Rp 261,7 triliun atau setara 52,3% dari keseluruhan outstanding bond. Namun demikian, bila dilihat dalam dua tahun terakhir, porsi outstanding bond dari BUMN menunjukkan tren penurunan.
Pada tahun 2021, jumlah obligasi yang belum lunas dari BUMN mencapai Rp 289,8 triliun, setara 58,7% dari total outstanding bond. Kemudian, pada 2020 nilainya mencapai Rp 299 triliun yang setara 58,7%.
Salyadi mengatakan, total outstanding bond BUMN berkurang dibandingkan sebelumnya lantaran disebabkan banyaknya BUMN menerbitkan obligasi untuk proyek infrastruktur.
Sebelumnya, penerbitan surat utang nasional sepanjang kuartal I 2022 didominasi oleh perusahaan non BUMN dengan total emisi mencapai Rp 36,14 triliun. Sedangkan, penerbitan surat utang oleh perusahaan BUMN pada kuartal I 2022 sebesar Rp 4,21 triliun. Pada Maret 2022 Perfindo telah mengantongi mandat penerbitan surat utang senilai Rp 66,78 triliun.
Selain itu, dia juga mengatakan, perkembangan sukuk di Indonesia terus mengalami peningkatan. "Salah satu faktor utama pendorong (peningkatan) sukuk yaitu jumlah permintaan atau demand yang ada,” katanya di acara webinar Pefindo, Jumat (7/8).
Pada semester pertama tahun ini, penerbitan sukuk mengalami kenaikan sebesar 10,3% menjadi Rp 48,1 triliun dari tahun sebelum yaitu 2021 yang hanya capai Rp 43,6 triliun.
Berikut rincian sektor perusahaan di pipeline berdasarkan surat utang dan belum listing:
- 5 perusahaan dari sektor konstruksi
- Masing-masing 3 perusahaan dari sektor multifinance, properti, perbankan, dan manufacturing.
- Masing-masing 2 perusahaan dari sektor transportasi, pertambangan tenaga listrik, industri pembiayaan, industri bubur kertas dan tissue, serta perusahaan induk.
- Masing-masing 1 perusahaan dari sektor jalan tol, bandara, pelayaran, keuangan khusus, minyak dan gas, kimia, pupuk, lembaga keuangan non bank, logistik, perkebunan, pakan dan peternak, industri jasa teknologi, dan sekuritas.