Bank Mandiri Optimistis Kenaikan Suku Bunga BI tak Akan Pukul Kredit
PT Bank Mandiri Tbk menilai kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75% tidak terlalu berdampak signifikan terhadap pertumbuhan kredit.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri, Rudi As Aturrida, mengatakan pihaknya menyambut positif keputusan bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuan sebagai kebijakan antisipatif terhadap potensi inflasi ke depan.
“Keputusan tersebut sejalan dengan ekspektasi dan analisis tim ekonom Bank Mandiri mengingat langkah ini masih diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah serta mengakselerasi pemulihan ekonomi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (25/8).
Dia menyampaikan, total penyaluran kredit Bank Mandiri secara bank only berhasil tumbuh 11,38% sampai dengan akhir Juli 2022. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh tren perbaikan dari seluruh segmen.
Segmen tersebut yakni segmen wholesale yang menjadi unggulan Bank Mandiri dengan pertumbuhan sebesar 10,8% secara tahunan atau year on year (yoy). Di samping itu, kredit di segmen ritel tumbuh 12,53% yoy.
“Bank Mandiri tetap optimis target pertumbuhan kredit sebesar 11% hingga akhir 2022 dapat terealisasi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian,” kata Rudi.
Rudi memaparkan sejak awal tahun lalu, Bank Mandiri telah menurunkan secara agresif suku bunga deposito rupiah sebesar 50-75 bps dari sebelumnya 3,00% pada Maret 2021 menjadi 2,25%-2,50% pada Juli 2022.
Demikian pula untuk Suku Bunga Dasar Kredit yang secara rata-rata untuk seluruh segmen telah turun 167 bps selama tahun 2021 sampai dengan tahun ini, dengan penurunan terbesar pada suku bunga dasar kredit untuk segmen konsumsi.
Adapun, saat ini tingkat likuiditas Bank Mandiri masih berada pada level ample atau likuid. Hal tersebut tercermin dari posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) per Juli 2022 yang terjaga pada level 87,48% dengan tren pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang optimal serta didominasi oleh dana murah (CASA).
Tercatat per Juli 2022 total DPK Bank Mandiri telah mencapai Rp 1.013,08 triliun, tumbuh 8,78% yoy. Pertumbuhan tersebut antara lain disumbang oleh CASA mencapai 11,82% yoy menjadi Rp 768,09 triliun.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjio menyampaikan kenaikan suku bunga acuan 25 bps menjadi 3,75% tidak mempengaruhi penyaluran kredit perbankan. Menurutnya, penyaluran kredit tidak hanya dipengaruhi bunga acuan BI yang naik, namun juga oleh penawaran dan permintaan kredit perbankan.