Simak Strategi Investasi Bos BCA usai Jual Saham Rp 4,3 Miliar
Baru-baru ini, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, Jahja Setiaatmadja tiba-tiba menjual 1 juta saham miliknya di perseroan. Penjualan dilakukan dua kali, masing-masing 500 ribu lembar saham pada 15 September 2022.
Berdasarkan keterangan resmi pada Bursa Efek Indonesia (BEI), Jahja melaporkan, transaksi penjualan saham senilai masing-masing Rp 4,37 miliar dan Rp 4,36 miliar itu dilakukan untuk tujuan investasi dan renovasi rumah.
Kira-kira, investasi apa yang dilakukan orang nomor satu di BCA tersebut?
Menjawab pertanyaan tersebut, Jahja mengungkapkan dirinya menjual saham perusahaan di tengah harga saham yang tinggi untuk mengambil untung sekaligus mengalihkan investasinya ke instrumen obligasi global negara berdenominasi valuta asing atau global bond.
"Investasi Indonesia USD government bond (obligasi global negara berdenominasi dolar AS)," ujar Jahja kepada Katadata.co.id, Jumat (23/9).
Dia menjelaskan, alasannya mengalihkan investasi dari saham ke obligasi global ialah karena imbal hasil (yield) surat utang milik valas milik negara itu sedang berada pada level yang tinggi. Dengan demikian, hal itu merupakan strategi yang tepat untuk diversifikasi investasi.
"Yield-nya sedang tinggi, bagus untuk diversifikasi investasi," jelasnya.
Sebagai informasi, pemerintah menerbitkan obligasi global senilai US$ 1,65 miliar dalam tiga seri dengan format SEC Shelf Registered pada 7 September lalu.
Ketiga seri tersebut yakni, RI0927 dengan nominal US$ 750 juta memiliki tenor lima tahun. Adapun, kupon ditetapkan sebesar 4,15% serta yield 4,4%.
Seri kedua, RI0932 dengan nominal US$ 1,4 miliar untuk tenor 10 tahun. Pemerintah menetapkan kupon 4,65% dan yield 4,8%.
Seri ketiga, RI0952 dengan tenor 30 tahun ditetapkan pada nominal US$ 500 juta dan kupon 5,45%, serta yield 5,55%.
Penerbitan SEC Registered kali ini merupakan pencapaian bagi pemerintah Indonesia sebagai salah satu penerbit obligasi global atau global issuer di Asia yang secara aktif menerbitkan obligasi global. Indonesia juga menjadi negara Asia pertama yang menerbitkan surat utang global di pasar AS dalam empat bulan terakhir.
Seperti diketahui, BCA sebagai emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia kembali menorehkan rekor tertinggi baru sejak perusahaan melantai di BEI. Pada 13 September 2022, harga saham emiten bersandi BBCA ini menguat 1,49% ke level Rp 8.500 per saham. Nilai kapitalisasi pasarnya menembus Rp 1.047 triliun.
Tak berselang lama, Jahja melakukan aksi ambil untung dengan menjual kepemilikan sahamnya di BCA sebanyak dua kali. Dalam transaksi pertama, bos BCA tersebut menjual 500 ribu saham dengan harga pelaksanaan Rp 8.725 per saham. Dari penjualan tersebut, dia akan meraup hasil penjualan Rp 4,36 miliar. Transaksi pertama dilakukan untuk tujuan renovasi rumah.
Selanjutnya, untuk transaksi kedua, Jahja Setiaatmadja menjual sebanyak 500 ribu sahamnya di harga Rp 8.750 per saham. Jika ditotalkan, dia akan meraup dana Rp 4,37 miliar. Transaksi kedua ini diilakukan untuk tujuan investasi.
Dengan demikian, dari kedua transaksi penjualan saham baik untuk investasi maupun renovasi rumah, Jahja mengantongi dana senilai Rp 8,73 miliar.
"Status kepemilikan saham yaitu langsung," kata Corporate Secretary BCA Raymon Yonarto, dikutip Senin (19/9).
Akibat dari penjualan saham tersebut, saham yang dimiliki Jahja Setiaatmadja berkurang menjadi 39,81 juta lembar dari sebelumnya yaitu 40,81 juta saham.