Aset BSI Terbesar Keenam di Indonesia, Ini Sederet Faktanya
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dinobatkan menjadi bank terbesar ke-6 di Indonesia, melewati PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Hal ini disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir yang mengatakan pertumbuhan aset BSI sebagai hasil dari transformasi perusahaan yang berdampak besar pada aspek efisiensi.
"Dengan capaian ini, BSI berhasil naik satu peringkat menjadi bank nomor enam terbesar di Indonesia," ungkap Erick.
Menelaah laporan keuangan hingga kuartal IV 2022, Bank Syariah Indonesia membukukan kenaikan aset yang signifikan dari sebelumnya Rp 265,28 triliun menjadi Rp 305,72 triliun.
Tidaklah mengherankan jika Erick menyebut, secara aset BRIS telah menyalip CIMB Niaga. Tercatat, total aset Bank CIMB Niaga secara individual mencapai Rp 301,51 triliun di sepanjang 2022. Adapun, secara konsolidasian, Bank CIMB Niaga membukukan aset senilai Rp 306,75 triliun hingga kuartal IV 2022.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, memasuki usia dua tahun BSI telah menjadi pemimpin pasar dalam industri keuangan syariah di Indonesia, baik dari sisi jaringan, basis pelanggan dan permodalan untuk dapat melayani umat dan nasabah.
Hery mengatakan, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di Indonesia, BSI terus mengoptimalkan potensi pengembangan Islamic Ecosystem dalam negeri. Seperti dari peningkatan literasi keuangan syariah, menyasar ekosistem Ziswaf, masjid, pendidikan, kesehatan dan industri manufaktur lainnya.
"Pencapaian ini membuktikan strategic response BSI yang tepat untuk meraih pertumbuhan bisnis yang sehat, penghimpunan dana masyarakat, menjaga keberlanjutan pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset," katanya.
Sampai dengan periode akhir 2022, BRIS tercatat mengantongi laba bersih senilai Rp 4,26 triliun. Namun, raihan laba BRIS masih lebih rendah dari CIMB Niaga yang membukukan laba bersih senilai Rp 5,09 triliun.
BRIS mencatatkan kenaikan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 12% menjadi Rp 261,49 triliun. Sementara pembiayaan BSI tumbuh 21% (yoy) menjadi Rp 208 triliun.
Dari sisi rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) gross bergerak menurun dari 2,93% menjadi 2,42% per Desember 2022. Seiring penurunan itu, NPF Net pun susut 0,87% menjadi 0,57%. Sedangkan, pencadangan yang digambarkan NPF Coverage naik dari 148,87% menjadi 183,12%.