Holding UMi Targetkan Akses Finansial untuk 45 Juta Nasabah
Holding Ultra Mikro (UMi) yang merupakan hasil integrasi antara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BRI Group. Tahun ini, Holding UMi memiliki target untuk melayani total 45 juta nasabah dari kalangan masyarakat yang belum mendapat layanan keuangan formal.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, Holding UMi telah menjadi sumber pertumbuhan baru karena BRI mendorong nasabah untuk “naik kelas”, memperluas basis nasabah, dan melayani dengan biaya seefesien mungkin.
“Kami memiliki journey pemberdayaan dan peningkatan kapabilitas nasabah UMi,” katanya di sela diskusi yang digelar BRI Research Institute, sebagaimana dikutip dalam siaran pers pada Minggu (14/1).
Ia menjelaskan, Holding UMi memiliki tiga tahapan strategi, yakni memberdayakan (empower), mengintegrasikan (integrate), dan meningkatkan kapasitas (upgrade). Empower dilakukan PNM dengan memberdayakan usaha kelompok masyarakat prasejahtera agar dapat menjadi wirausaha yang mandiri.
Kedua, yaitu integrate melalui penambahan Kredit Usaha Rakyat Mikro BRI dan produk gadai dari Pegadaian. Hal ini dilakukan seiring kebutuhan pendanaan yang meningkat ketika terjadi perkembangan usaha. Ketiga, yakni upgrade usaha ultramikro menjadi mikro. Segmen ini dilayani oleh BRI melalui kredit komersial, seperti Kupedes.
Senada, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan ada tiga aspek pemberdayaan dalam membuka akses pembiayaan dan keberlanjutan bagi nasabah ultramikro. Pertama, menurunkan biaya operasional dengan cara membangun jaringan agen. Kedua adalah perluasan penjaminan, dan ketiga yaitu pembinaan.
Ketiga aspek ini diterapkan agar masyarakat di segmen tersebut memiliki kompetensi berusaha. Tak hanya mencakup kemampuan mengelola keuangan, namun juga soal pengemasan produk hingga logistik.
“Ini jadi road pembinaan Holding Umi, seperti account officer-nya Mekaar dengan ibu-ibu prasejahtera yang dilakukan pembinaan. Jadi tidak hanya diberikan uang atau pinjaman, tapi perlu dibina juga supaya mereka tahu bagaimana cara berusaha dan mengelola cash flow-nya dengan benar,” ungkap Tiko─sapaan karib Kartika.
Tiga aspek tersebut, lanjut dia, harus dilakukan melalui jaringan yang besar. Jaringan ini tidak hanya mengandalkan BRI melalui unit desa dan AgenBRILink-nya, tetapi juga 50.000 account officer Mekaar yang dipekerjakan PNM. Ditambah, kantor-kantor cabang Pegadaian. “Ekosistem ini kita bangun bersama. Ketiganya masuk dalam konsep Holding UMi,” tambah Tiko.
Peningkatan Kinerja
Sementara itu, jumlah debitur Holding UMi terus mengalami kenaikan. Per September 2023, jumlah debitur holding ini mencapai 36,6 juta, atau tumbuh 22 persen dari posisi September 2021. BRI, Pegadaian, dan PNM masih akan menjaring 8,4 juta debitur ultramikro baru tahun ini.
Pada sisi lain, total oustanding kredit Holding UMi mencapai Rp590,7 triliun per akhir September 2023, atau tumbuh 11,6 persen secara tahunan. Angka tersebut meningkat 27,38 persen dibanding capaian saat dengan periode awal pembentukan holding.
Bila dirinci, kontribusi kredit mikro BRI selaku induk holding mencapai Rp479,9 triliun, atau naik 10,9 persen secara year-on-year dengan 14,2 juta debitur. Adapun porsi kredit Pegadaian mencapai Rp65,6 triliun, meningkat 17,3 persen dengan jumlah peminjam sebanyak 7,4 juta. Pembiayaan PNM mencapai Rp45,3 triliun, atau tumbuh 14,3 persen dengan 15 juta debitur.
Dalam menyalurkan kredit, Holding UMi memanfaatkan outlet fisik, kanal digital, dan AgenBRILink. Pada September 2023, Holding UMi memiliki outlet fisik sebanyak 15.300 unit. Jumlah itu terdiri dari 6.809 outlet BRI, 4.087 unit kantor Pegadaian, dan 4.482 kantor PNM.
Selain itu, ketiganya juga punya jaringan kantor bersama bernama Sentra Layanan Ultra Mikro atau Senyum yang jumlahnya mencapai 1.016 unit. Jaringan tersebut didukung oleh 74.200 tenaga pemasar mikro yang terdiri dari 29.900 mantri BRI, 2.500 penaksir Pegadaian, dan 44.800 account officer PNM.