Suku Bunga BI Diramal Naik, BCA Tak Akan Segera Kerek Bunga Pinjaman
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) buka suara soal Bank Indonesia yang diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam pelemahan rupiah yang tembus ke Rp 16.245 per dolar Amerika Serikat.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan jika Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan, tidak serta-merta perusahaan akan langsung mengerek suku bunga pinjaman. Kebijakan itu harus melihat kondisi setiap bank.
Untuk BCA, kata Jahja, pertumbuhan kredit masih terlampau sangat baik. Pada kuartal pertama 2024, emiten milik Grup Djarum ini mencatatkan kenaikan total kredit sebesar 17,1% secara tahunan menjadi Rp 835,7 triliun per Maret 2024.
Lalu rasio loan at risk (LAR) BCA juga berada di angka 6,6% pada kuartal I 2024, turun dibandingkan angka setahun lalu yaitu 9,8%. Rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di angka 1,9%. Rasio pencadangan kredit bermasalah atau NPL dan loan at risk (LAR) berada pada level yang solid, masing-masing 220,3% dan 71,9%.
"Kalau likuiditas kami masih baik ya saya pikir semerta-merta kami tidak harus ikuti 100%. Harus kami lihat kondisinya. Kalau masih cukup, kami tidak lakukan," kata Jahja, kepada wartawan dalam konferensi pers BCA, Senin (22/4).
Namun demikian, ada kemungkinan jika BCA menaikkan suku bunganya jika biaya dana atau cost of fund terus meningkat. "Jika kenaikan suku bunga Bank Indonesia menyebabkan Dana Pihak Ketika (DPK) BCA harus menaikkan cost, mau tidak mau pinjaman akan terdorong," tuturnya.
Total DPK BCA naik 7,9% yoy menyentuh Rp 1.121 triliun per Maret 2024. Dana giro dan tabungan (CASA) tumbuh sekitar 7,3% mencapai Rp904,5 triliun.
Sebagai informasi, BCA dan entitas anak membukukan laba bersih Rp 12,9 triliun, atau tumbuh 11,7% secara tahunan pada kuartal pertama 2024. Pertumbuhan ini ditopang ekspansi pembiayaan yang disalurkan, perbaikan kualitas pinjaman serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.