Reku: Pemangkasan Suku Bunga akan Angkat Kripto dan Saham AS
Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) akan menjadi sentimen positif yang mendorong instrumen investasi yang cenderung berisiko, seperti saham dan aset kripto.
Harga Bitcoin melonjak ke level US$62.000 (Rp 954 juta) beberapa saat setelah keputusan tersebut diumumkan. Saham-saham AS juga mencatat pertumbuhan positif. Indeks Dow Jones untuk pertama kalinya melampaui level 42.000 sedangkan S&P 500 mencatat level tertinggi sepanjang masa (all time high) dengan kenaikan 1,7% ke level 5.713.
Momentum positif itu berhasil bertahan hingga Rabu (25/9) atau satu pekan setelahnya, dengan harga Bitcoin di level US$63.800 (Rp 964,6 juta) dan indeks S&P 500 di level 5.732.
Jesse Choi, Co-CEO Reku, mengatakan tren pasar saham dan kripto yang positif menandakan optimisme investor terhadap langkah The Fed yang berpotensi menjadi awal dari momentum pertumbuhan ekonomi global.
"Kondisi ini dapat mendorong instrumen investasi aset global seperti saham AS dan aset kripto untuk semakin diminati investor," ujar Jesse dalam keterangan tertulis, Jumat (27/9).
Aset kripto dan saham AS menjadi opsi strategis di tengah pergeseran kebijakan moneter. Menurut Jesse, bukan hanya sebagai aset alternatif investasi, pertumbuhan adopsi dan inovasi yang dibukukan beberapa emiten dan proyek kripto menggambarkan potensi masa depan yang menarik.
"Outlook pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV tahun ini cukup positif, ditambah dengan proyeksi peningkatan di sektor belanja konsumen dan belanja pemerintah, dapat berimbas pada performa penjualan perusahaan-perusahaan AS di berbagai sektor," ujarnya.
Karena itu, Jesse menegaskan komitmen Reku dalam memperluas akses berinvestasi di aset global, khususnya saham-saham AS. Ia mengatakan sudah saatnya masyarakat dapat mengakses saham AS dengan lebih mudah, terjangkau, serta didukung dengan fitur-fitur inovatif yang mengakomodasi kebutuhan seluruh tipe investor.
"Saat ini masyarakat bisa berinvestasi saham AS di Reku mulai dari US$1 (Rp 15.120) dengan gratis biaya konversi IDR-USD," kata Jesse.
Ia mengatakan investor bisa lebih mudah memahami sentimen terhadap saham dari perusahaan tertentu dalam waktu yang singkat menggunakan fitur Insights. Fitur ini menyediakan informasi komprehensif mulai dari sentimen saham berdasarkan pemberitaan media massa dan media sosial di Buzz Score, analisis dari berbagai pakar Wall Street di Return Score, serta fundamental perusahaan di Quality Score. Hal ini memungkinkan investor pemula maupun yang sudah berpengalaman untuk menilai suatu perusahaan dengan lebih cepat tetapi tetap bijak.
Jesse mengatakan Reku akan terus mengembangkan layanan yang mengakomodasi kebutuhan investor dalam mengembangkan portofolionya. "Reku sudah menyiapkan roadmap untuk sejumlah layanan lain yang bertujuan untuk menavigasi perjalanan investor dalam berinvestasi aset global," ujarnya. Ia berharap perluasan layanan Reku ini dapat mendukung masyarakat mencapai tujuan keuangannya dengan optimal.
Prospek Aset Kripto dan Saham AS
Analis Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan penurunan suku bunga The Fed menjadi salah satu momentum yang cukup dinantikan investor tahun ini. Peristiwa tersebut menjadi awal dari tren kebijakan ekonomi yang lebih longgar untuk menunjang pertumbuhan setelah inflasi berhasil ditekan pascapelonggaran pandemi Covid-19.
"Perubahan arah kebijakan The Fed sejauh ini telah terlihat mampu memberikan angin segar bagi instrumen investasi high risk, seperti saham dan aset kripto," kata Fahmi. Pascapenurunan suku bunga The Fed, data Bloomberg menunjukkan pergerakan harga aset kripto dan saham perusahaan-perusahaan AS sempat berada pada salah satu level tertingginya.
Fahmi menilai suku bunga AS yang lebih rendah dapat menjadi pemicu peningkatan likuiditas baik di pasar saham AS maupun pasar kripto. "Selain akses terhadap dolar AS menjadi lebih murah bagi para investor di AS, tidak sedikit bank sentral di negara-negara lain yang turut menurunkan suku bunga acuan mereka untuk menunjang pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Bunga simpanan yang lebih rendah di berbagai negara dapat memicu investor untuk mencari instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi, mengesampingkan uang fiat, dan menggantinya dengan instrumen yang dapat digunakan untuk lindung nilai terhadap inflasi. Karena itu, aset kripto seperti Bitcoin menjadi instrumen yang semakin banyak diperhatikan di tengah situasi yang ada. "Saham dengan potensi pertumbuhan yang lebih tinggi dari inflasi juga tidak kalah menarik untuk beberapa tipe investor," ujarnya.