Kinerja IFG Life Diramal Tak Tergerus meski Kelola Nasabah Jiwasraya
Pemerintah menilai bisnis asuransi jiwa di bawah holding Indonesia Financial Group (IFG) tak terganggu meski ada pengalihan polis Jiwasraya ke IFG Life. Pengalihan tersebut sudah melalui restrukturisasi dan IFG mendapatkan dana dari penyertaan modal negara (PMN).
"Karena (polis) sudah direstrukturisasi, tentu ini jadi portofolio yang sehat. Kalau sudah sehat pada kesempatan pertama, harapannya dapat start yang bagus," kata Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kemenkeu Isa Rachmatarwata dalam Bincang Bareng DJKN secara virtual, Jumat (18/12).
IFG Life yang merupakan perusahaan asuransi jiwa baru milik pemerintah, akan mengambil alih dengan cara membeli portofolio polis Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi. Sehingga, polis IFG Life merupakan portofolio yang sehat, tidak seperti polis yang ada di Jiwasraya saat ini.
Selain itu, untuk mendirikan IFG Life, pemerintah menggelontorkan dana kepada induk IFG yaitu Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) senilai 22 triliun. Senilai Rp 12 triliun, pemerintah akan menganggarkan melalui PMN pada 2021 dan sisanya disuntikan melalui BPUI pada 2022.
"Jadi sebetulnya kami tidak gelontorkan PMN ke Jiwasraya, tapi ke BPUI untuk mereka mendirikan perusahaan asuransi jiwa baru yang mengambil alih portofolio Jiwasraya yang sudah direstrukturisasi," kata Isa.
Meski program restrukturisasi polis Jiwasraya sudah diumumkan, beberapa nasabah merasa tidak puas dan menolak skema restrukturisasi tersebut. Menanggapi hal ini, Isa mengatakan manajemen Jiwasraya sudah memiliki komitmen untuk menangani persoalan Jiwasraya dengan baik.
"Kalau yang manajemen berikan ke nasabah belum memuaskan, tentu kami bisa juga melihat nasabah punya kepentingan yang mungkin jauh lebih besar dari yang bisa dipenuhi atau dilayani manajemen," kata Isa.
Karena jumlah nasabah Jiwasraya yang banyak, manajemen Jiwasraya tidak bisa hanya memperhatikan sekelompok nasabah saja. Kelompok-kelompok nasabah lain juga perlu diperhatikan agar skema restrukturisasi ini berjalan dengan lebih adil.
Salah satu nasabah yang menilai beberapa opsi restrukturisasi yang ditawarkan oleh Jiwasraya sangat berat adalah Lee Kang Hyun, nasabah Jiwasraya asal Korea Selatan. "Semua opsinya berat. Sehingga tidak ada pilihan bagus untuk nasabah. Walaupun salah, OJK tidak pernah akui, tidak pernah jawab, tidak pernah ikut campur," kata Lee dalam pernyataan, Jumat (4/12).
Nasabah pemegang polis Jiwasraya lainnya, Machril, mengaku tidak berniat melakukan restrukturisasi. Alasannya, opsi-opsi pengembalian dana yang ditawarkan, tetap merugikan pemegang polis. Padahal, Presiden Joko Widodo pernah berpesan jangan sampai rakyat dirugikan.
"Lebih baik stay at Home di Jiwasraya," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (1/12). Dia pun tidak ingin dipindahkan ke IFG Life.
Opsi pengembalian nilai tunai 100% yang dicicil selama 15 tahun terlalu lama untuk ditunggu oleh nasabah. Sehingga pemerintah terkesan hanya memberikan dua opsi tersebut. "Kami pilih tetap di Jiwasraya tanpa lelah dan keluar biaya yang besar harus pindah di IFG Life," katanya.