Pandemi Covid-19 Belum Usai, Rugi Ancol Bengkak Jadi Rp 57 Miliar
Kerugian PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) semakin membengkak seiring pandemi Covid-19 yang tak juga usai. Pada triwulan I-2021, perusahaan mencatatkan rugi bersih Rp 57,08 miliar, membengkak lima kali lipat dari periode sama tahun lalu dengan rugi bersih Rp 10,37 miliar.
Ancol mencatatkan peningkatan kerugian karena pendapatan usaha perusahaan yang menurun 59,1% menjadi hanya Rp 89,48 miliar saja pada triwulan I-2021, dibanding raihan triwulan I tahun lalu Rp 218,82 miliar.
Penurunan pendapatan tersebut dialami oleh semua lini bisnis Ancol. Mulai dari pendapatan tiket di wahana wisata, pendapatan hotel dan restoran, dan pendapatan dari usaha lainnya, seperti penyewaan kios, sponsor, dan pengelolaan perumahan.
Pada sektor bisnis penjualan tiket, baik wahana wisata maupun pintu gerbang totalnya hanya Rp 49,07 miliar. Artinya mengalami penurunan signifikan hingga 67,37% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 150,41 miliar.
Dari segmen bisnis hotel dan restoran, nilai totalnya hanya Rp 9,87 miliar atau turun 43,66% dari Rp 17,52 miliar. Sementara usaha lain-lain seperti penyewaan kios, lahan, dan gedung, juga totalnya hanya Rp 31,48 miliar atau mengalami penurunan hingga 38,57% dari Rp 51,24 miliar.
Pendapatan yang anjlo membuat total beban pokok pendapatan dan beban langsung tercatat senilai Rp 67,9 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Beban yang menggerus profitabilitas tersebut mengalami penurunan hingga 51,77% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 140,8 miliar.
Selain itu, jumlah beban usaha yang harus ditanggung Ancol mencapai Rp 43,08 miliar atau mengalami penurunan 28,69% dari Rp 60,42 miliar. Sayangnya, hal tersebut membuat Ancol harus menanggung rugi usaha Rp 21,5 miliar, sedangkan pada periode yang sama masih membukukan laba usaha senilai Rp 17,6 miliar.
Meski kinerja mengalami penurunan, Ancol masih memiliki aset senilai Rp 4,5 triliun per Maret 2021. Jumlah aset Ancol naik dari sebelumnya Rp 4,04 triliun pada Desember 2020.
Peningkatan aset terjadi paling signifikan pada kas dan setara kas yang senilai Rp 815,87 miliar pada Maret 2021. Padahal pada Desember 2021 hanya Rp 333,15 miliar.
Sementara itu, Ancol mencatat jumlah liabilitas mencapai Rp 2,79 triliun pada akhir Maret 2021. Nilai tersebut naik dibandingkan dengan jumlah liabilitas pada akhir 2020 senilai Rp 2,28 triliun.
Manajemen Ancol mengatakan, pandemi Covid-19 sejak 2020 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha Ancol.
"Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan Ancol," kata manajemen dalam laporan keuangan.
Saat ini dampak signifikan yang dialami Ancol adalah menurunnya jumlah pengunjung akibat adanya pembatasan kuota kunjungan per hari yang tercermin dari penurunan pendapatan tiket.
Manajemen menilai, perkembangan dampak Covid-19 bergantung pada beberapa hal di masa depan yang tidak dapat diprediksi pada saat ini, termasuk durasi penyebaran wabah, kebijakan ekonomi, dan kebijakan lainnya yang diterapkan Pemerintah.
"Manajemen terus memantau secara seksama operasi, likuiditas dan sumber daya yang dimiliki Grup, serta bekerja secara aktif untuk mengurangi dampak saat ini dan dampak masa depan dari situasi ini yang belum pernah dialami sebelumnya," kata manajemen Ancol.