Menakar Nasib IPO Unicorn dari Turbulensi Harga Saham Bukalapak

Image title
13 Agustus 2021, 20:10
Bukalapak, Saham Bukalapak, IPO Bukalapak
Bukalapak
Bukalapak

Dalam laporan keuangan, entitas usaha Emtek Group ini tercatat masih membukukan rugi bersih Rp 323,24 miliar pada triwulan I-2021. Meski begitu, kerugian Bukalapak memang menurun 17,85% dibanding rugi bersih pada periode sama tahun lalu Rp 393,49 miliar.

Berdasarkan prospektus Bukalapak, penurunan rugi bersih tersebut utamanya disebabkan oleh pendapatan neto Bukalapak pada tiga bulan pertama tahun ini yang senilai Rp 423,7 miliar atau tumbuh 32,31% dibanding triwulan I-2020 senilai Rp 320,23 miliar.

Bukalapak juga masih mengandalkan dana dari penambahan setoran modal untuk menjaga arus kas agar tidak negatif. Berdasarkan laporan keuangan, Bukalapak membukukan kenaikan neto kas dan setara kas senilai Rp 167,75 miliar pada Maret 2021.

Bukalapak menggunakan kas untuk aktivitas operasi pada tiga bulan pertama 2021 senilai Rp 259,17 miliar. Padahal kas yang diperoleh dari aktivitas operasi hanya Rp 11.55 miliar. Untuk itu, Bukalapak mendapatkan kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan mencapai Rp 415,37 miliar pada Maret 2021.

Meski begitu, Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya menilai penurunan harga saham Bukalapak dalam tiga perdagangan terakhir, karena ada sebagian kecil investor asing yang melakukan aksi ambil untung alias take profit setelah masuk di harga IPO.

"Menurut pandangan saya, penurunan harga saham Bukalapak bukan karena keraguan investor terhadap kinerja Bukalapak," kata Hariyanto kepada Katadata.co.id, Jumat (13/8).

Hariyanto mengatakan, investor tidak khawatir dengan saham perusahaan-perusahaan teknologi yang melantai di Bursa, meski saat banyak perusahaan yang belum membukukan laba bersih dan mengandalkan prospek ke depannya.

Ia mengatakan, syarat perusahaan teknologi untuk dapat kepercayaan dari investor adalah memiliki manajemen yang kredibel, investor strategis terkemuka, strategi yang jelas, dan pangsa pasar yang dominan dan terus meningkat.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, turbulensi pada saham Bukalapak bisa terjadi karena ada banyak persepsi di kalangan pelaku pasar saham terhadap saham ini.

 Ia mengatakan, ada banyak investor yang menilai harga penawaran umum perdana saham Bukalapak Rp 850 per saham kemahalan. Tapi, sebagian lainnya mengatakan harganya murah. Hal tersebut dilihat dari rasio-rasio valuasi saham yang berbeda.

"Tentu ini sesuatu yang wajar, persepsinya berbeda. Karena persepsinya berbeda yang membuat saham Bukalapak menjadi atraktif," kata Nico kepada Katadata.co.id, Jumat (13/8).

Sejumlah investor menggunakan perhitungan valuasi dengan enterprise value (EV) dibandingkan gross merchandise value (GMV) untuk mengukur perusahaan rintisan atau startup. EV merupakan nilai kapitalisasi pasar yang ditambah utang bank, lalu dikurangi uang kas.

GMV merupakan akumulasi nilai pembelian, termasuk transaksi batal. Sementara, Bukalapak menggunakan perhitungan total processing value (TPV) alias perhitungan transaksi yang sudah diproses sehingga dinilai lebih akurat. Dalam perhitungan valuasi Bukalapak, TPV menggantikan GMV.

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mengatakan, valuasi Bukalapak saat penawaran umum perdana di harga Rp 850 per saham terbilang menarik. Valuasi EV/GMV yang menggunakan TPV berada pada level 0,75 kali atau lebih rendah dibandingkan perusahaan serupa.

"Jika coba hitung perbandingannya menggunakan GMV aslinya, dengan asumsi GMV Bukalapak sama dengan 1,25 kali TPV, rasio EV/GMV akan turun lebih rendah lagi menjadi 0,60," kata Paulus dalam risetnya.

Untuk itu, Sucor Sekuritas mempertahankan pandangan konstruktif tentang Bukalapak sebagai e-commerce dengan harga paling menarik di antara perusahaan sejenis di negara berkembang.

Sementara itu, cara perhitungan valuasi perusahaan yang umum dipakai untuk semua emiten adalah rasio price to book value (PBV). Berdasarkan data yang dimiliki Katadata.co.id, saat harga saham Bukalapak mencapai Rp 1.325 per saham, rasio PBV Bukalapak mencapai 85,5 kali yang artinya sudah tergolong mahal.

Secara umum, Nico Demus mengatakan turbulensi harga saham perusahaan teknologi, termasuk berstatus unicorn atau decacorn, merupakan hal yang wajar. Pasalnya, secara laporan keuangan memang perusahaan tersebut belum sekinclong perusahaan besar lain.

Menurutnya, perhitungan perusahaan teknologi atau perusahaan rintisan tidak bisa hanya mengandalkan laporan keuangan di atas kertas saja. "Melainkan juga harus menilai seberapa besar potensi valuasi di masa akan datang," kata Nico.

Hariyanto mengatakan, pelaku pasar perlu bercermin dari kinerja saham perusahaan teknologi di bursa saham luar negeri. Beberapa saham teknologi yang terdaftar di bursa saham Amerika pun masih mencatat net loss, tapi harga saham perusahaan teknologi tersebut naik.

"Ini terjadi seiring dengan kenaikan kinerja operasional, seiring dengan kenaikan penjualan perusahaan teknologi tersebut," kata Hariyanto.

Ia memberikan contoh, Pinduoduo, perusahaan teknologi e-commerce Tiongkok yang IPO di bursa saham Amerika Serikat pada Juli 2018. Saat itu, perusahaan menawarkan harga IPO sebesar US$ 19 per saham. Harga saham Pinduoduo terus mengalami kenaikan sampai mencapai puncaknya sebesar US$ 202 pada Februari 2021.

Kenaikan harga saham tersebut seiring dengan penjualan kuartalannya terus naik signifikan dari CNY 3,3 miliar pada triwulan III-2018 menjadi CNY 26,5 miliar pada triwulan IV-2020.

"Pinduoduo tidak pernah membukukan operasional profit sejak dari IPO sampai dengan saat ini," kata Hariyanto.

Untuk itu, Hariyanto menilai prospek IPO perusahaan rintisan berstatus unicorn atau bahkan lebih besar lagi, masih cerah. Asalkan perusahaan teknologi tersebut memiliki manajemen yang kredibel, investor strategis terkemuka, strategi yang jelas, dan pangsa pasar yang dominan dan terus meningkat.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...