Indocement Waspadai Pasokan Batu Bara Turun Meski Dapat Harga Khusus
PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk mewaspadai risiko penurunan pasokan batu bara di pasar domestik alias DMO. Meskipun begitu, perusahaan dengan kode saham INTP tersebut menyambut baik penetapan harga batu bara khusus bagi industri semen.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga batu bara bagi industri semen dan pupuk domestik di level US$ 90 per ton Free on Board (FoB) dengan spesifikasi kalori 6.322 kcal/kg, kelembapan 8%, sulfur 0,8%, dan alokasi abu sebesar 15%. Artinya, harga batu bara setelah sampai di kapal pengangkut berada di level US$ 90 per ton dengan kriteria khusus.
"Jangan sampai kebijakan ini justru menambah sulit kami mendapatkan pasokan batu bara yang cukup. Pra coal miner lebih suka jual untuk pasar ekspor daripada memenuhi kebutuhan industri dalam negeri," kata Direktur dan Sekretaris Indocement Antonius Marcos kepada Katadata.co.id, Kamis (11/11).
Adapun harga batu bara acuan (HBA) per November 2021 telah naik 33% menjadi US$ 215,01 per ton dari posisi Oktober 2021 di level US$ 161,63 per ton. Sementara, total konsumsi batu bara oleh industri semen dan pupuk mencapai 15,8 juta ton per tahun.
Meskipun begitu, Marcos mengapresiasi kebijakan itu, mengingat batu bara merupakan bahan baku untuk pembangkit energi bagi perseroan. Sementara itu, biaya energi berkontribusi sekitar 45% dari total biaya produksi.
Indocement telah mulai menaikkan harga jual sejak Oktober 2021 akibat harga batu bara yang terus tumbuh sejak Juli 2021. Marcos mengatakan, hal tersebut terpaksa dilakukan untuk menjaga margin perseroan.
"Kami akan melakukan kenaikan harga secara hati-hati sambil terus mencermati perkembangan pasar," ujar Marcos.
Di sisi lain, jika kebijakan kewajiban volume dan harga batu bara khusus untuk industri semen berjalan baik, perseroan optimistis dapat melanjutkan tren kinerja positif hingga akhir 2021.
Marcos menyebutkan, total volume penjualan pada Januari-September 2021 mencapai 12 juta ton. Artinya, utilisasi pabrikan perseroan pada periode yang sama berada di kisaran 62,74 %.
"(Penjualan) mengalami pertumbuhan kurang lebih 3% dari periode yang sama tahun lalu," katanya.
Marcos juga mencatat, per September 2021 penjualan semen tumbuh sebanyak 1,6 juta ton. Realisasi tersebut tumbuh 5% dari capaian Agustus 2021.
Sebagai informasi, INTP memiliki kontribusi sekitar 21 % dari total kapasitas terpasang industri semen nasional. Sementara, penjualan semen INTP hingga kuartal III-2021 terhadap total penjualan semen nasional mencapai 25,58 %.
Di sisi lain, kondisi pertumbuhan semen secara nasional belum kembali ke posisi pra-pandemi. Meskipun begitu, manajemen Indocement optimistis pertumbuhan penjualan hingga akhir tahun bakal memiliki tren positif.
"Volume ekspor klinker kami bertumbuh sangat baik, yakni mencapai kurang lebih 300 ribu ton," kata Marcos.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, INTP memiliki tiga produk utama, yakni semen, beton siap pakai, dan agregat. Total penjualan semen berkontribusi hingga 90,48 % dari total pendapatan Indocement atau senilai Rp 9,6 triliun per September 2021.
Selama Januari-September 2021, Indocement membukukan kenaikan pendapatan 4,53 % menjadi Rp 10,6 triliun dari capaian periode yang sama tahun lalu, senilai Rp 10,15 triliun. Adapun, laba speriode berjalan naik 8,03% ke level Rp 1,21 triliun.