Pendapatan Turun 24%, Triniti Land Bukukan Kerugian Rp 50 M di 2021
PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) atau dikenal dengan Triniti Land mencatatkan rugi bersih Rp 50,32 miliar di 2021. Angka ini berbanding terbalik dari perolehan laba perseroan tahun sebelumnya sebesar Rp 7,86 miliar.
Adapun, perseroan membukukan penurunan pendapatan sebesar 24,36% menjadi Rp 2,82 miliar dari sebelumnya Rp 3,73 miliar di 2020, yang seluruhnya berasal dari pendapatan jasa dan pemasaran. Sementara itu, beban pokok penjualan naik 177% menjadi Rp 1,77 miliar dari sebelumnya Rp 640 juta pada 2020.
Beban penjualan sepanjang 2021 juga naik dari sebelumnya Rp 9,08 miliar menjadi Rp 23,05 miliar. Perseroan pun mencatat kenaikan pada beban umum dan administrasi menjadi Rp 39,22 miliar dari sebelumnya Rp 33,98 miliar.
Per 31 Desember 2021, total aset Triniti Land naik 27,15% menjadi Rp 1,87 triliun dari sebelumnya Rp 1,47 triliun. Kemudian, total liabilitas turun 58,69% menjadi Rp 1,21 triliun, dengan rincian liabilitas jangka pendek mencapai Rp 851,30 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 363,52 miliar. Sementara ekuitas DSNG per 31 Desember 2021 sebesar Rp 7,02 triliun dari sebelumnya Rp 6,23 triliun.
Sementara itu, sepanjang kuartal I 2022, perseroan mencatatkan marketing sales sebesar Rp 104,6 miliar. Marketing sales perseroan utamanya ditopang oleh proyek Collins Boulevard senilai Rp 52,5 miliar atau sebesar 50,19% dari total marketing sales perseroan pada kuartal I 2022.
Presiden Direktur TRIN Ishak Chandra mengatakan bahwa, perseroan memproyeksikan pendapatan penjualan akan tumbuh 90% hingga 100% menjadi Rp 900 miliar - Rp 1 triliun tahun ini. Hal itu dikarenakan adanya tambahan penjualan dari dua proyek baru, yaitu Holdwell Business Park Lampung dan Sequoia Hill Sentul.
Selain itu, ia berharap serah terima proyek Collins Boulevard tower pertama bisa dilakukan tahun ini, sehingga seluruh pendapatan yang diperoleh dari penjualan Collins Boulevard tower pertama dapat dibukukan di tahun 2022.
Dengan serah terima tersebut, perseroan meyakini dapat memperoleh kenaikan pendapatan yang signifikan dan dapat kembali membukukan laba di tahun ini.
Perseroan juga akan terus mengembangkan proyek-proyek di berbagai wilayah di Indonesia seperti Lampung, Sentul dan juga Tanamori Labuan Bajo.
"Ketiga proyek baru ini diharapkan dapat menopang bisnis perseroan hingga 10 tahun ke depan, dengan total gross development value sebesar Rp 27 triliun," kata Ishak dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (22/4).
Tahun ini, perseroan juga berencana menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 154,42 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau sebesar 3,23% dari modal disetor setelah pelaksanaan rights issue, di mana setiap pemegang 30 saham lama akan berhak atas satu HMETD. Dengan rights issue ini, perseroan menargetkan akan memperoleh dana segar sebesar Rp 138,98 miliar.
Aksi korporasi ini dilakukan untuk mendukung rencana perseroan melakukan transaksi pengambilalihan aset berupa tanah di Labuan Bajo seluas 193.400 meter persegi yang dimiliki oleh PT Manggarai Anugerah Semesta.
Selain itu, perseroan juga berencana mengambilalih aset berupa tanah di Lampung seluas 93.018 meter persegi yang dimiliki oleh Bapak Muhamad Kemal Dinata, Bapak Mawardi, Bapak Paryan, Bapak Jumino dan Ibu Nadya Raisya Setia Murti dengan cara pembayaran dalam bentuk lain selain uang tunai (Inbreng).