Jejak Grup Salim: Raja Mi Instan yang Kini Merambah Bisnis Batu Bara

Syahrizal Sidik
8 Oktober 2022, 20:27
Jejak Grup Salim: Raja Mi Instan yang Kini Merambah Bisnis Batu Bara
Arief Kamaludin | Katadata
Grup Salim merambah ke bisnis batu bara dengan menjadi investor baru Bumi Resources.

 

Perusahaan konglomerat Grup Salim seperti tiada habisnya melakukan aksi korporasi. Kali ini, perseroan mengumumkan akan menjadi pemegang saham di perusahaan tambang batu bara, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui skema private placement. Rumor yang sebelumnya beredar di kalangan pelaku pasar ini akhirnya sudah terjawab.

Masuknya Salim ke bisnis batu bara kian menambah sejumlah sektor bisnis yang dimiliki perusahaan yang didirikan mendiang Sudono Salim pada Oktober 1972 silam.

Bisnis itu terbentang mulai dari bisnis mi instan Indomie melalui Indofood Group, jaringan ritel Indomaret, perkebunan sawit, perbankan, data center, industri media, jalan tol, jaringan restoran waralaba KFC hingga bisnis old economy pertambangan batu bara.

Dalam perkembangan terbaru, pada Jumat (7/10) Grup Salim memastikan investor akan menyerap saham BUMI, bersama investor lainnya, Treasure Global Investments Limited (TGIL).

Pada aksi korporasi ini, perusahaan tambang baru bara milik Grup Bakrie tersebut akan menerbitkan 200 miliar saham seri C dengan harga pelaksanaan Rp 120 per saham. Sehingga, BUMI berpotensi meraup dana jumbo Rp 24 triliun.

Salim akan menyerap saham baru BUMI melalui perusahaan terafiliasi, Mach Energy (Hong Kong) Limited (MEL).  Berdasarkan komposisinya, MEL dimiliki oleh tiga investor. Pertama, Mach Energy (Singapura) Pte Ltd menggenggam 42,5% saham. Ini merupakan pihak yang dikendalikan oleh Anthoni Salim, sekaligus perusahaan yang tergabung dalam Grup Salim.

Kedua, PT Bakrie Capital Indonesia memiliki 42,5% saham MEL. Ini merupakan perusahaan dalam kendali Grup Bakrie. Ketiga, Clover Wide Limited menguasai 15% saham MEL. 

Setelah penyelesaian private placement, baik BCI maupun MPEL akan bersama-sama mengendalikan MEL. Semua keputusan yang dibuat MEL akan disetujui bersama oleh BCI dan MEPL. Sedangkan, TGIL merupakan perusahaan yang berdomisili di Singapura. PT Aswana Pinasthika Investasi dan MPEL masing-masing menguasai 16,5% dan 83,85% saham TGIL.

Selain itu, perusahaan terafiliasi milik Grup Salim yang bergerak di bisnis infrastruktur jalan tol, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) juga telah mendapat restu pemegang saham untuk mengakuisisi 40% saham PT Jasamarga Jalan Layang Cikampek Rp 4,38 triliun. Hal ini disepakati dalam perhelatan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 7 Oktober 2022. Sebagaimana diketahui, saat ini pemegang saham terbesar META dikuasai oleh

Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) yang merupakan anak usaha Metro Pacific Investment Corp (MPIC). Sementara itu, MPIC terafiliasi dengan First Pacific Company Limited, perusahaan asal Hong Kong yang 44% sahamnya dimiliki oleh Anthoni Salim.

Jejak Salim di Bisnis Perbankan

Grup Salimjuga memiiki sejarah yang panjang di bisnis keuangan Tanah Air, jauh sebelum dikenal sekarang lewat merek dagang Indomie.

Pendiri Grup Salim, konglomerat Liem Sioe Liong alias Sudono Salim pada 1957 silam membangun bisnis jasa pemberian kredit Bernama Central Bank Asia, bersama rekannya Mochtar Riady. Tiga tahun kemudian pada 1960 nama perusahaan resmi berubah menjadi Bank Central Asia atau yang sekarang dikenal sebagai BCA.

Namun, saat badai krisis ekonomi menghantam ekonomi Indonesia pada 1997/1998, Grup Salim harus menjual saham BCA karena menerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).

Perjalanan bisnis Salim di bank tak hanya berhenti di BCA. Tercatat, pada Maret 2022, ketiga entitas perusahaan Grup Salim menguasai 21,53% saham PT Bank Mega Tbk (MEGA), milik konglomerat Chairul Tanjung. 

Tiga entitas perusahaan itu yakni PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Indolife Pensiontama. Ketiganya masuk Bank Mega berdasarkan laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada 23 Maret 2022.

Selain menjadi pemegang saham Bank Mega, Grup Salim juga tercatat menjadi pemegang saham sebesar 6% di perusahaan bank digital PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) melalui  Indolife Pensiontama. Allo ini pun dimiliki Chairul Tanjung. 

Kemudian, Salim juga tercatat sebagai pemegang saham pengendali di PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) dengan kepemilikan saham 22,47% melalui PT Indolife Pensiontama. Tahun ini, Bank Ina akan menggelar rights issue dan membidik perolehan dana senilai Rp 1,24 triliun untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun. Dalam prospektus perusahaan, Grup Salim memastikan akan menyerap haknya dalam rights issue tersebut. 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...