Ajaib Hanya Serap Sebagian Saham Rights Issue Bank Bumi Arta (BNBA)
PT Takjub Finansial Teknologi atau Ajaib telah menampung porsi sebagian Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue miliknya di saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA).
Ajaib membeli sebanyak 24,64 juta saham rights issue BNBA dengan harga pelaksanaan Rp 1.345 per saham. Sehingga, dari transaksi yang dilakukan pada 6 Desember 2022 tersebut, perusahaan merogoh kocek sekitar Rp 33,1 miliar
Direktur Utama Ajaib, Anderson Sumarli, mengatakan sebelum transaksi Ajaib memiliki 1,10 miliar saham atau 40% dari keseluruhan saham. Setelah transaksi, perusahaan memiiliki 1,13 miliar saham dengan status kepemilikan langsung.
Sementara, PT Surya Husada Investment membeli 137,99 juta saham BNBA. Sebelum transaksi, jumlah saham BNBA yang dimiliki perusahaan yaitu 862,40 juta atau 25,45% dari total seluruh saham. Setelah transaksi, perusahaan mengantongi 1 juta saham atau 29,53% dari jumlah keseluruhan saham.
Selanjutnya, ada PT Budiman Kencana Lestari yang melalukan pembelian saham BNBA sebanyak dua kali. Perusahaan membeli 62,72 juta saham BNBA pada 6 Desember. Kemudian perusahaan membeli kembali sebanyak 26,02 juta saham BNBA pada 14 Desember. Sehingga kepemilikan sahamnya di BNBA naik menjadi 370,98 juta saham.
Pemegang saham lainnya, PT Dana Graha Agung juga ikut berpartisipasi dalam rights issue BNBA dan melakukan pembelian saham dua kali. Perusahaan membeli 82,79 juta saham BNBA pada 6 Desember 2022. Lalu membeli lagi 95,08 juta saham.
Sebelumnya, Bank Bumi Arta menyampaikan akan menambah modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue dengan target perolehan dana Rp 828,5 miliar.
Perusahaan menerbitkan maksimal 616 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 1.345 per saham. Jumlah tersebut setara dengan 18,18%dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah rights issue.
Menurut prospektus perusahaan, sebanyak 80% hasil dari dana rights issue akan digunakan BNBA untuk penambahan modal kerja berupa penyaluran kredit.
Selanjutnya, 10% untuk investasi pada infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia. Sementara itu, sisanya sebanyak 10% dana akan digunakan untuk ekspansi usaha berupa pengembangan produk baru seperti tabungan digital dan deposito digital.