Usai Spin Off, BTN Siap Bermanuver Dirikan Raksasa Bank Syariah Baru

Nur Hana Putri Nabila
25 Januari 2024, 14:27
Usai Spin Off, BTN Siap Bermanuver Dirikan Raksasa Bank Syariah Baru
Katadata/Hana
Button AI Summarize

Unit usaha syariah (UUS) PT Bank Tabungan Negara Syariah atau BTN Syariah ditargetkan akan menjadi bank umum syariah (BUS) dengan aset terbesar kedua di Indonesia.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon LP Napitupulu menyebut hal itu bakal terwujud setelah aksi spin off. Spin off merupakan perusahaan baru dan terpisah yang didirikan ketika perusahaan induk membagikan saham di anak perusahaan atau bisnis kepada pemegang saham perusahaan induk. 

BTN kini tengah mengincar dua bank syariah dan telah mengirim letter of interest (LOI) kepada dua bank tersebut.

Nixon mengatakan, hal itu demi menjalankan perintah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan spin off selambat-lambatnya dua tahun usai BTN Syariah mencatatkan aset sebanyak Rp 50 triliun. Sementara aset UUS BTN Syariah sepanjang 2023 sudah mencapai sekitar Rp 53 triliun. Dengan demikian, ia optimistis proses spin off dapat ditargetkan rampung pada semester dua 2024.

“Setelah Juni baru kami akan gabungkan BTN Syariah. Mungkin di semester dua ya BTN Syariah ke target bank yang ingin diakuisisi ini,” ujar Nixon, Rabu (24/1).

Namun hingga saat ini pihaknya masih belum terang-terangan, target perbankan yang dibidik untuk spin off tersebut. Akan tetapi, ia optimis akuisisi tersebut dapat mendorong BTN Syariah menjadi bank syariah nomor dua terbesar di Indonesia.

“BTN digabungkan ke bank yang telah kami akuisisi. Kami harapkan targetnya menjadi bank terbesar nomor dua di segmen syariah di Indonesia,” kata Nixon.

Kuasai Pasar

Seiring dengan hal itu, target tersebut makin diperkuat setelah rumor BTN Syariah akan melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Menurut Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi kemungkinan besar terjadi akuisisi Bank BTN terhadap Bank Muamalat akan membentuk bank syariah kedua terbesar di Indonesia.

Apabila menilik laporan keuangan BTN pada kuartal tiga 2023 lalu, Oktavianus menyoroti di Bank BTN Syariah menunjukkan total aset sebesar Rp 48,41 triliun per September 2023 dengan pertumbuhan sebesar 17,26% secara tahunan. Sementara Bank Muamalat mencatat total aset sebesar Rp 66,2 triliun dengan pertumbuhan sebesar 7,82%.

Meskipun Bank BTN Syariah mungkin tidak akan menjadi bank syariah terbesar setelah akuisisi tersebut, Audi menegaskan masih ada peluang besar bagi BTN Syariah mengingat mayoritas penduduk Indonesia sebanyak 86,7% memeluk agama Islam. 

“Jadi masih ada peluang besar untuk menjadi perbankan syariah terbesar di Indonesia,” kata Oktavianus kepada Katadata.co.id dikutip Senin (15/1).

Selain Bank Muamalat, Oktavianus juga menyoroti kedua bank lainnya yang memiliki aset syariah terbesar di Indonesia. Apabila menilik laporan keuangan kuartal ketiga 2023, Oktavianus menyebut UUS CIMB Niaga Syariah membukukan total aset sebesar Rp 61,46 triliun atau mengalami kenaikan sebesar 3,36% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Di samping itu, perbankan dengan aset terbesar juga diduduki oleh UUS Maybank Indonesia. Pada kuartal kedua 2023, total aset UUS Maybank Indonesia mencapai Rp 42,1 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 5,23% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Melihat potensi merger antara ketiga bank tersebut, kata Oktavianus, perkiraan aset unit syariah yang dihasilkan mencapai Rp 151,96 triliun jika dihitung berdasarkan laporan keuangan per kuartal ketiga 2023. Nilai tersebut hampir setara dengan setengah dari total aset BSI pada periode yang sama.

Senada, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, konsolidasi antar perbankan dianggap sebagai hal yang positif dan selalu didorong, serta didukung oleh berbagai regulator. Tak hanya itu, hal ini juga mencakup rencana akuisisi yang direncanakan oleh Bank BTN terhadap Bank Muamalat.

“Bagi BTN tentu saja ini menjadi sesuatu yang menguntungkan. Bagi Muamalat saya kira demikian juga,” kata Piter kepada Katadata.co.id, Senin (15/1).

Menurut Piter, Bank Muamalat perlu mendapatkan kucuran modal dari investor baru. Dengan tambahan modal dari Bank BTN, Bank Muamalat berpotensi bangkit hingga mendukung pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.

Piter berharap dengan adanya dua bank syariah besar di Indonesia, persaingan dalam sektor perbankan syariah akan menjadi lebih sehat dan dapat mendorong perkembangan sektor ekonomi di Indonesia. 

Apabila menilik pencapaian aset per 2023, UUS BTN Syariah tercatat memiliki aset sekitar Rp 53 triliun per Desember 2023. Sedangkan Bank Muamalat mencatat total aset sebesar Rp 66,2 triliun.

Dengan demikian, aset merger Bank Muamalat dengan BTN Syariah diperkirakan mencapai Rp 149 triliun. Di samping itu, Piter memproyeksikan setahun setelah penggabungan kedua bank tersebut, total aset diperkirakan melesat setidaknya 25% atau senilai Rp 149 triliun. Nilai tersebut hampir separuh dari aset Bank BSI.

Selain itu, Piter menyebut peluang pertumbuhan dan perkembangan bagi bank hasil merger BTN Syariah dan Muamalat cukup besar. Hal itu terutama Bank Muamalat memiliki sejarah dan nasabah yang cukup loyal.

Demikian pula dengan BTN Syariah yang memiliki spesialisasi dan keunggulan daya saing di pasar properti. Piter menyebut gabungan kekuatan keduanya dapat menciptakan sinergi yang kuat apabila dikekola dengan baik.

Terbaru, Katadata.co.id juga telah mengkonfirmasi ulang kepada pihak Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Staf Khusus III Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyampaikan terkait perkembangan aksi spin off perbankan pelat merah tersebut.

Arya menyatakan bahwa saat ini tengah berlangsung negosiasi dengan bank syariah yang dituju. Tak hanya itu, Arya menegaskan proses merger berjalan lancar tanpa kendala. Melalui spin off ini, ia juga berharap bank syariah nantinya tak hanya satu di Indonesia.

“Ya kita semua lagi cek dulu, kita juga masih cari-cari bank syariah yang juga supaya bank syariah kita juga jangan cuma satu,” kata Arya saat ditemui di Jakarta Convention Center, dikutip Selasa (23/1). 

Arya mengatakan penggabungan bank tersebut diperkirakan rampung pada Maret 2024 mendatang. Ia berharap bahwa hasil dari merger akan membawa bank tersebut masuk ke dalam peringkat sepuluh besar bank syariah terbesar di Indonesia.

Raih Dukungan

OJK menegaskan akan mendorong terjadinya konsolidasi BUS dan UUS untuk menjadi bank syariah baru. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan hal itu bisa terwujud jika kedua bank tersebut telah mengajukan permohonan izin merger kepada OJK. 

Kemudian, OJK akan segera mengevaluasi dan memproses sesuai dengan aturan yang berlaku. Dirinya menyebut OJK akan mendukung langkah konsolidasi yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan perbankan syariah Indonesia. Di samping itu, Dian mengatakan kedua pihak sebelumnya juga telah melakukan komunikasi dengan OJK.

"OJK akan mendorong terjadinya konsolidasi untuk menjadi bank syariah baru dengan minimal total aset Rp 200 triliun," katanya.

Dian berharap upaya konsolidasi bisa membentuk satu hingga dua bank umum syariah. Menurutnya, langkah konsolidasi ini diharapkan dapat menciptakan struktur pasar perbankan syariah yang lebih optimal, dengan adanya beberapa bank syariah berskala besar yang lebih kompetitif.

Berdasarkan laporan OJK perihal perkembangan keuangan syariah Indonesia, pertumbuhan aset perbankan syariah pada 2022 sebesar 15,63% secara tahunan. Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional sebesar 9,50% selama 2022.

Secara rinci, UUS Rp 250,23 triliun, BUS mencatat Rp 531 triliun, dan BPRS 20,15 triliun. Dengan demikian total aset mencapai Rp 802,26 triliun atau tumbuh 15,63%.

“Perbankan syariah membuktikan resiliensinya dan mampu tumbuh positif, tercermin dari perkembangan total aset yang mencapai Rp 802,26 triliun,” tulis OJK.

Sedangkan dalam empat tahun terakhir, OJK mencatat pertumbuhan aset perbankan syariah rata-rata masih terjaga di angka double digit. Dibandingkan dengan perbankan nasional, pangsa aset perbankan syariah pada 2022 berhasil menembus batas atas 7%, yakni 7,09%.

Di sisi lain, OJK menyebut sinergi antara induk dan anak perusahaan merupakan strategi lain yang perlu dioptimalkan dalam membantu pertumbuhan perbankan syariah.

Dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia (RP2SI), OJK mendukung percepatan pengembangan perbankan syariah melalui pemanfaatan ekosistem digital, termasuk melalui sinergi.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Lona Olavia

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...