Amman Mineral (AMMN) Raup Penjualan Rp 9,78 Triliun di Kuartal I 2024
Perusahaan tambang tembaga dan emas, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 129,05 juta atau senilai Rp 2,09 triliun. Laba tersebut turun 27% dari periode sebelumnya mencatatkan US$ 176,75 atau sebesar Rp 2,87 triliun di 2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Maret 2024, penjualan AMMN hanya naik 1% menjadi US$ 601,55 juta atau sebesar Rp 9,78 triliun. Pada kuartal I 2023, nilai penjualan AMMN mencapai US$ 597,26 juta atau sebesar Rp 9,71 triliun.
Arief Sidarto, Direktur Keuangan Amman Mineral Internasional, mengatakan penjualan hanya naik 1% karena penurunan harga tembaga sebesar 19%. Di sisi lain, volume penjualan emas dan tembaga meningkat masing-masing 15% dan 5%. Sementara itu, harga emas naik sebesar 9%.
Selain itu, Arief mengatakan terdapat penundaan pengiriman selama beberapa minggu pada Januari 2024 karena perusahaan perlu merevisi izin ekspor agar bea ekspor tetap di 10%.
“Selama kuartal I 2024, AMMN menunjukan ketahanan finansial di tengah beberapa tantangan dan berkomitmen untuk menerapkan pengelolaan keuangan yang hatu-hati dan pengendalian biaya yang ketat,” kata Arief dalam keterangannya, Selasa (30/4).
Manajemen mengatakan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perseroan turun 7% dari US$ 349 juta pada kuartal I 2023 menjadi US$ 326 juta pada kuartal I 2024. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan bea ekspor dan royalti pemerintah. Kendati demikian, perusahaan mempertahankan margin EBITDA yang kuat sebesar 54%.
Hingga Maret 2024, Amman Mineral memiliki total utang sebesar US$ 3,74 juta dengan total utang bersih sebesar US$ 2,30 atau melonjak sebesar 16% dari Desember 2023. Kenaikan utang tersebut mencerminkan pertambahan pinjaman untuk mendukung belanja modal dan kegiatan operasional.