Adaro Minerals Gunakan Dana IPO Rp 639 M untuk Capex dan Bayar Utang
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) telah melaporkan realisasi penggunaan dana hasil penawaran umum perdana atau innitial public offering (IPO) senilai Rp 639,08 miliar hingga akhir tahun 2023.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat, mengatakan, perusahaan menggunakan dana IPO Rp 342,76 miliar sebagai pinjaman kepada anak perusahaan, PT Maruwai Coal yang kemudian digunakan sebagai belanja modal (capex).
Kemudian, sisanya yang senilai Rp296,32 miliar digunakan untuk membayar kembali sebagian pokok atas pinjaman atau utang kepada perusahaan induk, yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Aryo menjelaskan, bahwa perseroan telah mencapai kinerja keuangan dan operasional yang kuat selama tahun 2023, bahkan melampaui target dengan dukungan pasar yang kondusif dan tim kerja yang solid.
Menurutnya, fundamental industri batu bara metalurgi (metalurgi coal) tetap menjanjikan ke depan, dan produk environment perseroan semakin disambut baik dan diakui oleh pasar, baik domestik ataupun global.
"Dengan demikian, kami melanjutkan investasi pada infrastruktur pertambangan guna mendukung pertumbuhan produksi dan terus mengembangkan pasar bagi produk metalurgi ini," kata Christian dalam konferensi pers RUPST Adaro Minerals Indonesia di Jakarta, Selasa (14/5).
Selain itu, ia menyebut bisnis pengolahan mineral yang sejalan dengan program hilirisasi pemerintah tengah dalam proses realisasi melalui pembangunan smelter di Kalimantan Utara.
Saat ini, konstruksi smelter tersebut masih berlangsung sesuai rencana, dengan target mulai beroperasi secara komersial (COD) pada tahun 2025. Dengan pencapaian ini, perusahaan akan terus mempertahankan kinerja operasional produksi batu bara metalurgi.
Pada tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal senilai US$ 175 juta sampai US$ 250 juta untuk pembangunan smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) dan proyek-proyek infrastruktur Maruwai Coal.
"Mengingat komoditas perusahaan ada metalurgi dan aluminium, perusahaan membutuhkan capex yang besar (untuk mengolah) dan mengoptimalkan cadangan yang ada," ujar Aryo.
Perlu diketahui, Adaro Minerals membukukan kenaikan laba bersih 32,75% menjadi US$ 441,02 juta, setara Rp 7,10 triliun pada tahun 2023. Sementara pendapatan perusahaan mencapai US$ 1,08 miliar, atau Rp 17,07 triliun, lebih tinggi 19,58% jika dibandingkan tahun sebelumnya US$ 908,14 juta.