Minat Investor Asing Menurun, Perusahaan Indonesia Didesak Perbaiki Etika Bisnis

Ira Guslina Sufa
15 Desember 2024, 10:29
Investor
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom.
Pengunjung melihat informasi tentang potensi investasi di Jawa Barat pada layar monitor di sebuah stan saat pembukaan West Java Investment Summit (WJIS) di Trans Convention Center, Bandung, Jawa Barat, Kamis (19/9/2024).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Studi terbaru yang dirilis oleh Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) menunjukkan bahwa minat investor asing terhadap perusahaan di Indonesia mulai menurun.  Studi yang didukung oleh Moores Rowland Indonesia (MRI), Kedutaan Besar Belgia, dan bekerja sama dengan Komnas HAM menyebutkan penurunan minat terjadi akibat penilaian negatif terhadap standar etika yang diterapkan perusahaan lokal. 

Direktur Operasional FIHRRST, Ali Rahmadi, mengungkapkan perusahaan besar internasional kini lebih berhati-hati dalam berinvestasi di Indonesia.  Mayoritas investor global menyoroti pentingnya integrasi hak asasi manusia dalam operasional bisnis sebagai langkah strategis untuk menarik investasi global.

Menurut Ali, meskipun Indonesia menawarkan potensi pasar yang besar, tren global menunjukkan bahwa investor tidak hanya mencari keuntungan finansial, tetapi juga menilai sejauh mana perusahaan mampu menjalankan bisnis secara beretika dan transparan. "Standar etika yang menurun menjadi salah satu alasan utama," ujar Ali seperti dikutip Minggu (15/12). 

Ali mengatakan, laporan keberlanjutan menjadi salah satu indikator penting dalam membangun kepercayaan investor asing. Namun, banyak perusahaan lokal masih belum memenuhi ekspektasi ini. 

Lebih jauh ia mengatakan, ketidaksesuaian antara kebutuhan investor dan praktik operasional perusahaan menjadi celah yang menghambat aliran investasi asing. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia yang berusaha memperkuat daya saing di kancah internasional.

Sementara itu pendiri FIHRRST, Marzuki Darusman, menyatakan implementasi uji tuntas hak asasi manusia atau human rights due diligence (HRDD) merupakan langkah konkret yang harus diambil. Hal ini diperlukan untuk memastikan aktivitas perusahaan tidak melanggar hak asasi manusia sekaligus memenuhi standar internasional. 

"HRDD bukan hanya alat untuk melindungi hak asasi manusia, tetapi juga kunci untuk memperbaiki reputasi bisnis Indonesia di mata dunia," ujar Marzuki.

Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia Bursa Efek Indonesia, Risa E. Rustam, menambahkan bahwa laporan keberlanjutan dapat menjadi pedoman penting dalam memastikan pertumbuhan ekonomi yang tidak mengorbankan perlindungan lingkungan dan hak asasi manusia. Namun, ia juga menekankan bahwa transparansi harus menjadi prioritas utama. 

Menurut Risa, investor global tidak hanya melihat hasil akhir, tetapi juga proses di baliknya. Tantangan ini membuka peluang bagi perusahaan Indonesia untuk bertransformasi. Dengan mengadopsi praktik keberlanjutan yang konsisten dan membangun hubungan erat dengan masyarakat lokal, perusahaan dapat menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif. 

Risa mengatakan komitmen pada etika dan keberlanjutan tidak hanya akan menarik lebih banyak investasi asing, tetapi juga membangun landasan bisnis yang kokoh dan berdaya saing global.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...