Wall Street Anjlok, Dipicu Kekhawatiran Ekonomi AS dan Proyeksi Suram Walmart

Ringkasan
- IHSG diprediksi naik pada perdagangan Selasa (30/1), didukung oleh optimisme pasar regional dan stimulus moneter dari bank sentral Tiongkok.
- Saham perbankan yang direkomendasikan untuk beli antara lain BBRI, BBCA, dan BMRI, serta saham MBMA dari sektor baterai.
- Level support IHSG berada di 7.021, 6.931, dan 6.803, sedangkan level resistance berada di 7.281, 7.300, 7.422, dan 7.503.

Indeks saham utama di Wall Street merosot pada perdagangan Kamis (20/2) setelah aksi jual besar-besaran terhadap saham unggulan. Investor bereaksi negatif terhadap prospek suram yang disampaikan raksasa ritel Walmart yang memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 450,94 poin atau 1,01% ke 44.176,65. S&P 500 melemah 0,43% ke 6.117,52, sementara Nasdaq Composite terkoreksi 0,47% ke 19.962,36.
Saham Walmart, salah satu konstituen utama Dow, jatuh 6,5% setelah perusahaan memperkirakan pertumbuhan penjualan tahunan hanya 3%-4%.
Selain itu, proyeksi laba untuk tahun fiskal 2026 juga berada di bawah ekspektasi analis, meski laporan keuangan kuartal IV 2024 melampaui perkiraan pasar.
Direktur Pelaksana R.J. O'Brien & Associates Tom Fitzpatrick menyoroti pentingnya panduan dari Walmart terhadap kondisi ekonomi.
"Jika Walmart memberikan prospek yang lemah, itu perlu diperhatikan. Mungkin ini mengindikasikan bahwa konsumen sudah mulai jenuh," ujarnya dikutip CNBC, Jumat (21/2).
Sentimen negatif terhadap sektor ritel turut menekan saham Target dan Costco, yang masing-masing turun sekitar 2%.
Saham Palantir dan Sektor Keuangan Tertekan
Selain sektor ritel, saham Palantir Technologies juga mengalami tekanan, turun 5,2%, memperpanjang pelemahannya lebih dari 10% sepanjang pekan ini.
Penurunan ini terjadi setelah laporan menyebutkan Menteri Pertahanan Pete Hegseth meminta pejabat departemen untuk bersiap menghadapi pemotongan anggaran. Di sisi lain, rencana perdagangan baru dari CEO Alex Karp juga turut membebani pergerakan saham.
Pasar juga semakin tertekan setelah laporan dari The Conference Board menunjukkan bahwa Indeks Ekonomi Utama mengalami kontraksi tak terduga pada Januari 2025. Kondisi ini menyebabkan imbal hasil obligasi turun, sementara saham bank besar seperti Goldman Sachs dan Morgan Stanley ikut melemah.
Penurunan indeks ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap ketahanan ekonomi AS di tengah berbagai tantangan, termasuk tekanan pada sektor ritel dan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.